Pesta Blogger+ Makassar 2010

Ini adalah bagian kedua dari rangkaian acara roadshow Pesta Blogger+ 2010 di Makassar, dan sepertinya adalah bagian yang paling bikin stres panitia.

Masalah venue lagi-lagi membuat pusing tujuh keliling. Mencari tempat untuk menyelenggarakan suatu acara itu sudah pasti tidak semudah menjentikkan jari. Panitia lokal dari AngingMammiri sempat berpikir untuk membuat acara di tempat yang semi-outdoor. Kediaman saya selaku Chairwoman Pesta Blogger 2010 juga sempat diusulkan sebagai venue. Selain gazebo di samping rumah menawarkan suasana semi-outdoor yang cozy, rumah ini juga bersejarah untuk anak-anak AM.

Berbagai alternatif datang silih berganti, tapi akhirnya panitia memutuskan untuk memilih Dapur Makassar sebagai venue. Restoran yang baru dibuka ini bagus dan cukup nyaman untuk mengumpulkan kerumunan orang, harganya juga masih promosi. Semua yang murah memang bikin semangat!

Karena venue sudah beres, sekarang panitia tinggal memutuskan siapa saja yang mau diundang diskusi dan makan-makan. Bila melihat tren undangan roadshow PB tahun-tahun sebelumnya, biasanya hanya sedikit komunitas yang diundang. Itu pun biasanya anggota komunitas tuan rumah (dalam hal ini AM) dan komunitas turunannya, atau komunitas di mana anggota AM juga menjadi anggotanya. Nah, untuk menghindari kesan bahwa undangannya “Loe Lagi Loe Lagi”, panitia akhirnya memutuskan untuk mengundang semua komunitas online yang ada di Makassar. Hal ini tentunya sesuai dengan misi PB+ yang tahun ini juga ingin menggandeng teman-teman yang aktif di berbagai komunitas online yang lintas platform.

Undangan disampaikan ke berbagai komunitas, mulai dari komunitas pengguna media sosial seperti Facebook, Plurk, Koprol, 4SQ; hingga komunitas gadgeters (BB, iPhone, Android) dan OS-ers (Linux, Slackware). Tentu saja, panitia tak lupa mengundang komunitas minat seperti para FiksiMiniers, rekan-rekan penggemar fotografi, serta para pekerja sosial seperti Komunitas Pencinta Anak Jalanan. Tak ketinggalan komunitas Sehati, para blogger yang sudah lama tidak beredar di kopdar-kopdar, para budayawan dan budayawati, juga para partycrasher yang numpang lewat.

Setelah mengumpulkan sekian banyak komunitas ini, enaknya panitia membuat acara apa ya?

Di Makassar, ada yang namanya tudang sipulung. Dalam bahasa Bugis, tudang sipulung berarti “duduk bersama untuk bercakap-cakap dan berdiskusi”. Lalu, karena undangan mini PB berasal dari berbagai komunitas dan kalangan, bagaimana caranya supaya terjadi sebuah diskusi yang terarah?

Inilah sumber kepeningan kawan-kawan panitia selanjutnya: menentukan tema! Tentunya tema yang tidak asal dipilih, tetapi dekat dengan hati semua yang nantinya akan hadir di situ. Obrolan panjang dan mendalam antara teman-teman panitia akhirnya mengerucut pada dua ide tema, yaitu “Coin A Chance” dan “Makassar Tidak Kasar”.

Pertimbangan untuk mengangkat Coin A Chance adalah karena kampanye yang niatnya mulia ini kemungkinan sudah didengar oleh banyak yang akan hadir di acara Tudang Sipulung, jadi mungkin akan lebih mudah untuk dijadikan bahan diskusi.

Akan tetapi, Makassar Tidak Kasar merupakan isu yang juga sangat bagus. Selain isunya sangat relevan untuk para hadirin yang notabene adalah orang Makassar, kampanye ini juga dirasa sebagai pesan baik yang harus lebih banyak disebarkan. Melalui acara Tudang Sipulung ini, PB bersama teman-teman dari Makassar dapat membantu untuk menyebarkan gaung dan pesan gerakan MTK ke platform yang lebih besar.

Kebetulan pula, Aan Mansyur, sang pencetus MTK, juga menyambut baik. Menurut Daeng Aan Mansyur, gerakan MTK ini sempat masuk ke ‘zaman kelam’ dimana ia sempat putus asa apakah ide ini dapat berbuah hasil yang manis.

Melalui pertimbangan yang matang, akhirnya panitia memutuskan akan mengangkat tema Makassar Tidak Kasar. Pesannya yang sangat mengena dan relevan untuk teman-teman di Makassar menjadi alasan utama pemilihannya.

Hasilnya? Dapat dilihat sendiri di hari-H. Diskusi berjalan sangat lancar, mengalir, dan berapi-api. Sepertinya orang Makassar sangat senang diskusi yang ramai dan berpanjang-panjang.

Sharing pun berjalan dengan sangat baik dan muncul banyak momen yang menggugah dan menggetarkan hati. Salut untuk Iqko yang sudah menjadi penghubung antara setiap titik acara, sebagai host yang profesional. Salut untuk Daeng Aan Mansyur yang sudah mencetuskan sebuah kampanye yang begitu dekat di hati orang Makassar. Tak hanya mencetuskan ide saja, Aan juga membuat poin-poin kerja yang sangat faktual dan tepat sasaran; serta selalu berusaha untuk membiasakan orang untuk memutuskan sesuatu melalui pertimbangan yang disertai fakta kuantitatif dan kualitatif yang dapat dipertanggungjawabkan. Siapa bilang blogger dan anak-anak sosial tidak bisa ilmiah?

Acara berbagi cerita antar komunitas ini penuh dengan sharing yang menarik. Cerita tentang awal mula terbentuknya Kelompok Pencinta Anak Jalanan yang berangkat dari Facebook, menjadi salah satu contoh bagaimana hal baik masih dapat muncul dari Facebook, di tengah deraan pemberitaan negatif, dan berondongan berita sensasional mengenai fan page yang memecah belah kesatuan, serta implikasi yang tidak main-main dari munculnya sebaris status update.

Atau cerita tentang terbentuknya komunitas Slackers, para pengguna Slackware, yang akan nongkrong di mana saja, mengungsi ke sana sini bagai makhluk nomaden. Di mana ada secuil lantai kosong di situ mereka berada. Di lorong-lorong kampus atau di mana saja, mereka aktif membahas ide, membuat program, dan mengekspresikan diri.

Atau, sharing LV, sang monologer terkemuka Makassar, yang bercerita tentang pengalaman hidupnya sebagai ‘pendatang’, berjuang menemukan jati diri sebagai orang Makassar yang sungguh bisa bangga dan membuat bangga, baik dirinya sendiri maupun orang yang menjadi saksi perjalanan hidupnya.

Di balik kisah sukses mini Pesta Blogger+ Makassar, ada tim dari AngingMammiri, yang sudah pontang panting ke sana ke mari untuk menyiapkan segala sesuatunya agar acara berjalan lancar.

Tim ini sangat kompak dan solid, sangat tau karakteristik teman satu timnya, dan yang paling penting, memiliki kepercayaan terhadap cara kerja rekan-rekannya. Mereka semua bagaikan deretan pelari estafet yang bisa saling mengoper tongkat tanpa harus panik, bahkan tanpa harus melihat, semua berlandaskan pada komunikasi yang sudah dibangun kuat. Tim ini, dengan antusiasmenya dan dengan kreativitasnya menuai banyak pujian, bahkan dari EO profesional sekalipun.

Tapi, bukan berarti mereka tidak bertemu kesulitan. Masalah kecil seperti urusan penempatan spanduk dan backdrop sempat membuat panik. Hal ini mungkin terdengar sepele dan mudah, tetapi di acara kemarin, panitia diingatkan kembali bahwa hal sekecil ini pun bisa berdampak besar. Salah meletakkan bisa menyebabkan spanduk dan backdrop tidak terbaca, atau hilang. Hampir saja acara ini berjalan tanpa backdrop dan spanduk.

Sempat pula ada hal lebih mendasar yang sempat mengancam gagalnya acara. Ternyata panitia sempat ‘down’ sekali karena terhalang kesibukan kantor, karena mereka sekarang sudah bukan mahasiswa lagi. Waktu yang pendek dan tenaga yang kurang, siapa yang tidak khawatir?

Ditambah lagi dengan sedihnya panitia bahwa pada awalnya, yang datang berkumpul hanya segelintir orang. Panitia sempat bingung mau dibawa ke mana acara ini.

Tetapi itulah kehebatannya, walau dengan sedikit orang, mereka bisa memilih orang yang benar-benar tepat untuk pekerjaannya. Selain itu mereka juga harus berani mengambil keputusan ‘menyimpan tenaga’, dan akhirnya ‘mengistirahatkan’ Iqko, sehingga ia tidak banyak membantu persiapan, dan lebih banyak siaga sebagai MC dan pengarah acara di hari-H.

Pengorbanan ini berbuah manis, karena Iqko pun muncul di Hari H, fresh dan mampu cuap-cuap 1 x 24 jam betulan! Bicara sebanyak itu, tanpa minum karena puasa, tanpa duduk karena harus mengitari seluruh area restoran supaya semua komunitas kebagian mic, selalu ceria walau sudah bercucuran keringat dan suara serak, selalu berkepala dingin menjadi moderator diskusi ketika panas hati sudah mulai memuncak, semuanya dilakukan tanpa masalah berarti.

Salut buat teman-teman AM! Terima kasih kepada semuanya yang sudah turun tangan di hari yang sibuk ini (kalau semua disebutkan di sini, sepertinya postingan ini tidak akan selesai-selesai haha). Terima kasih atas hari yang tak terlupakan. Sampai bertemu di pesta Blogger+ 2010 di Jakarta ya!

Blogshop Pesta Blogger+ 2010 Makassar

Dalam penyelenggaraan Blogshop Pesta Blogger+ 2010 Makassar, panitia bersama Maverick menggandeng AngingMammiri (komunitas blogger Makassar) sebagai panitia lokal. Tim dari AM yang ditunjuk menjadi seksi repot adalah Intan Baidoeri (Ketua Pelaksana Harian AM) dan Nanie (Community Liaison AM).

Rekan-rekan dari AngingMammiri agak pusing karena penyelenggaraan acara harus diurus dalam waktu kurang dari dua minggu. Waktu yang sangat sempit ini membuat Ntan dan Nanie menjadi panik.

Acara yang menyangkut banyak orang biasanya selalu menghadirkan bumbu-bumbu ketegangan, tak terkecuali Blogshop Pesta Blogger+ 2010 Makassar. Cerita memusingkan pertama adalah masalah venue. Tahun lalu, blogshop diselenggarakan di Universitas Hassanudin. Sayangnya, tahun ini Unhas tidak bisa dipakai untuk PB. Dengan semangat membara Ntan mencari alternatif venue, dan Speedy Learning Center menjadi pilihan menarik. Hore! Tapi, setelah dicek ke Pak Putu, Ntan kembali harus bercucuran air mata karena kapasitas SLC yang hanya bisa menampung 12-15 orang jelas tidak mencukupi. Di tengah kepusingannya, akhirnya teman-teman panitia dari AM mendapat angin segar. UNM ditawarkan menjadi tempat penyelenggara, dan pertemuan dengan Pak Amir yang baik hati akhirnya meredakan kepanikan mereka. ICT Center UNM memberi lampu hijau, dan blogshop bisa dilaksanakan disana!

Satu masalah sudah selesai, datang masalah lain. Untuk trainer blogshop, Fany dari dagdigdug.com sudah dipastikan datang, tetapi Mbak Fany tidak mungkin harus mengerjakan segala sesuatunya sendiri, jadi, co-trainer sangat dibutuhkan. Ntan tidak tahu siapa saja yang bersedia membantu, karena menjadi co-trainer membutuhkan komitmen khusus, dan tentunya bersedia repot. Untungnya, anak-anak AM sigap membantu. Dalam waktu singkat, sudah terkumpul tujuh nama yang siap menjadi bala bantuan di hari-H (nama-nama co trainer). Selain dapat pahala karena sudah mau membantu Ibu Ntan, bisa numpang tenar juga karena namanya masuk di daftar trainer. Lumayan kan. Hehe…

Masalah trainer akhirnya selesai pula. Tapi, anak-anak AM belum tahu siapa yang nanti akan diajar. Ternyata daftar nama-nama peserta blogshop belum masuk juga. Hahaha! Panitia lokal yang sudah diberi pesan untuk mengundang teman-teman pendidik akhirnya makin gencar bergerilya mengumpulkan siapa saja yang ingin ikut. Tidak hanya dari kalangan pendidik formal, pemilik taman baca dan rekan-rekan yang terlibat usaha pendidikan nonformal pun turut dihubungi. Pokoknya batas kuota 40 orang harus terlampaui. Susahnya mengumpulkan daftar peserta untuk blogshop sampai membuat Iqko, MC dari AM yang beken, bermimpi bahwa yang datang blogshop cuma lima orang. Untungnya itu hanya mimpi!

Sampai hari terakhir, pendaftar yang sudah menyatakan konfirmasi akan datang sebenarnya masih di bawah kuota. Ajaibnya, saat hari H, peserta berbondong-bondong datang sampai kapasitas blogshop overquota. Yang tidak kebagian komputer pun akhirnya membuka laptop dan berbagi meja dengan teman-teman lainnya. Suhu ruangan menjadi agak hangat karena tempat blogshop terisi penuh. Untungnya pendingin ruangan masih bertahan, dan bandwidth dari ICT Center UNM sanggup mengakomodasi puluhan orang yang mengakses internet secara bersamaan ini.

Ada catatan menarik menyangkut peserta blogshop kali ini. Para peserta ternyata berasal dari beragam usia, latar belakang, dan dengan kemampuan penggunaan komputer yang beragam. Ada mahasiswa jurusan komputer yang sudah jago menggunakan internet tapi belum tahu kalau blogging mau menulis apa. Menurutnya, yang sulit adalah memaksimalkan informasi apa yang didapat di internet, lalu berbagi, dan kemudian berbuat. Ada juga seorang ibu-ibu yang jarang menggunakan komputer, bahkan di rumah bacanya hanya ada mesin tik yang sudah tua. Tapi, keterbatasan tidak menghalangi, karena si ibu ternyata pantang menyerah. Berbekal telepon genggamnya, ia berubah menjadi pendekar GPRS, dan akhirnya sekarang akrab dengan Facebook.

Tingginya penetrasi internet melalui telepon genggam merupakan salah satu fenomena unik di Indonesia. Dalam blogshop ini Fany juga memberi contoh-contoh platform blog yang dapat diakses melalui telepon genggam spt dagdigdug dan wp.com.

Tapi mungkin teman-teman masih beranggapan bahwa ngeblog itu harus panjang, canggih, dan melalui proses mental yang rumit, sehingga tidak enak kalau dilakukan melalui telepon genggam. Di sinilah peran media sosial sebagai jembatan sharing teman-teman blogger, karena penggunaan media sosial dianggap lebih kasual dan lebih bebas, sehingga sharing melalui platform ini dianggap lebih nyaman. Ini mungkin adalah contoh keunggulan media sosial, dibandingkan dengan blog. Dengan kalimat-kalimat pendek, kita sudah bisa menjangkau banyak orang.

Semoga teman-teman blogger dapat melihat bahwa sharing melalui blog tidak harus dibawa sulit dan rumit. Berbagi dapat menggunakan media apa saja. Bila yang ingin disampaikan lebih cocok menggunakan bahasa yang sederhana dan nonformal, tidak ada batasan untuk menulis dan berkreasi. Blog hanya alat, tulisan kita lah yang membuatnya menjadi medium yang kaya arti.

Blogshop berjalan lancar, dan para peserta terlihat menikmati rangkaian acara. Teman-teman peserta blogshop yang sekarang sudah merintis jalannya sebagai blogger pulang dengan wajah-wajah ceria, tentunya setelah sesi foto yang rusuh. Tak lupa teman-teman dari blogshop Pesta Blogger+ 2010 merekam video salam perpisahan, sekaligus mengundang teman-teman blogger nusantara untuk hadir pada acara puncak Pesta Blogger+ 2010 tanggal 30 Oktober nanti di Jakarta.

Sementara itu, Ntan, Nanie, bersama teman-teman panitia dari AM bisa tersenyum sebentar di belakang, karena blogshop Makassar sukses besar!

Bagaimana cerita di balik layar mengenai mini PB di Dapur Makassar? Tidak hanya senyum dan tawa saja yang menghiasi acaranya. Tentunya, banyak kehebohan juga terselip disana. Ikuti cerita lanjutannya di posting berikutnya!

Travelling to Bangkok (2)

Postingan ini merupakan sambungan dari postingan sebelumnya: Travelling to Bangkok (1).

Perjalanan dari Suvarnabhumi International Airport menuju Khaosan Road memakan waktu kurang lebih 45 menit. Sesaat setelah naik, supir taksi bertanya apakah mau pakai argo atau tidak mau pake argo. Kalau pakai argo mungkin bisa nawar. Tapi berhubung kami berdua tidak tahu menahu soal jarak dan harga yang pas untuk ke Khaosan Road, maka kami minta pak supir untuk menyalakan argonya saja. Dengan catatan harga di argo di luar biaya tol.

Gerbang tol pertama 25 Baht, dan gerbang tol kedua 45 Baht. Karcis tolnya cukup unik. Kalau di Indonesia karcis tol-nya serba ngirit dan komputerisasi, di Bangkok karcis tol-nya lebih besar dan manual. Bukan manual tulis tangan, tapi manual dilubangi pada gerbang tol yang dilewati. Total ongkos taksi yang harus dibayar adalah 470 Baht, tidak termasuk tarif tol tadi.

Tiba di Khaosan Road, taksi ternyata tidak bisa masuk karena pada malam hari jadi car free night :D untungnya Rikka Inn ini terletak di ujung Khaosan Road yang dekat Burger King. Jadi dari ujung jalan pun tidak terlalu jauh.

Continue reading “Travelling to Bangkok (2)”

Travelling to Bangkok (1)

Akhirnya, setelah di-pending 3 kali karena 3 bulan terakhir ini Bangkok sempat rusuh, saya berangkat juga ke Bangkok. Saya berangkat bareng Golda. Karena tiket yang saya pakai adalah tiket voucher gratisan, maka pengurusannya pun tidak melalui website Air Asia seperti biasa, tetapi melalui staf Air Asia Office Management. Namanya mbak Kristina.

Hingga hari Senin kemarin, saya sama sekali belum pegang tiket. Hanya tau kalau saya akan berangkat ke Bangkok hari itu juga, karena sudah dijadwalkan setelah penundaan terakhir. Jadi hari Senin kemarin, jam 11.00 saya sudah tiba di kantor Air Asia Office Management, Bandara Soekarno Hatta terminal 1A, lantai 2, untuk mengambil tiket dari mbak Kristina. Kemudian ke terminal 3 untuk bayar pajak tiketnya (harga tiket sih Rp 0.- hehehe), kemudian kembali ke terminal 2D untuk cek in dan siap berangkat pukul 16.20 dengan menggunakan QZ 7716.

Lembaran konfirmasi dari mbak Kristina untuk bayar pajak dan cek in

Masuk ke terminal 2D Bandara Soekarno – Hatta, ternyata Air Asia punya sistem antrian yang baru, demi mencegah lamanya antrian. Terakhir naik Airasia ke Kuala Lumpur, bulan Oktober yang lalu, sistem check-in masih manual dan pakai ngantri2 :P

Continue reading “Travelling to Bangkok (1)”

Kebutuhan Primer Para Netizen

Kebutuhan primer adalah kebutuhan pokok (primer) yang dibutuhkan oleh manusia. Kebutuhan manusia yang terus meningkat menyebabkan ilmu pengetahuan dan teknologi juga semakin meningkat. Dan seperti yang kita ketahui bersama, kebutuhan pokok manusia adalah sandang, pangan dan papan.

Jaman sekarang, kebutuhan primer bukanlah hanya sekedar sandang – pangan – papan. Tetapi sudah berkembang menjadi 5 kebutuhan, yaitu: sandang – pangan – papan – bandwith – perangkat komunikasi seluler. Ide ini muncul dari obrolan ga penting saat kumpul-kumpul bareng teman-teman ID-GMAIL di kawinan NugiGolda 2 hari yang lalu.

Benar juga sih, hari gini, terutama dengan meningkatnya kebutuhan penggunaan internet, maraknya social media di mana-mana, ga punya bandwith yang cukup? Heuh, rasanya kayak kembali ke jaman batu :D hehehe.. Saya sendiri, pasti menenteng macbook white tercinta saya ke mana-mana, lengkap dengan modem broadband. Jadi bisa online kapan saja, di mana saja, yang penting ada colokan dan jaringan operator yang simcard-nya ada di dalam modem saya :) Bahkan saat “dibuang” untuk “tugas negara” di pulau terpencil nun jauh itu pun, saya tetap nekat membawa modem saya, dengan harapan tetap bisa terkoneksi internet. Walaupun akhirnya harus nongkrong di bawah BTS demi koneksi yang proper. Wakakakak :D

Continue reading “Kebutuhan Primer Para Netizen”

Social Media Day

Tanggal 30 Juni kemarin, seluruh penggiat media sosial di seluruh dunia merayakan Social Media Day. Apakah media sosial itu? Menurut Wikipedia, media sosial adalah sebuah media online dimana para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, sosial network atau jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki mungkin merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia.

Di Indonesia, perkembangan media sosial meningkat dengan pesat. Perkembangan ini didukung dengan mudahnya mengakses internet melalui ponsel. Kini untuk mengakses facebook atau twitter misalnya, bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja hanya dengan menggunakan sebuah ponsel Demikian cepatnya orang bisa mengakses media sosial mengakibatkan terjadinya fenomena besar terhadap arus informasi tidak hanya di negara-negara maju, tetapi juga di Indonesia. Karena kecepatannya media sosial juga mulai tampak menggantikan peranan media massa konvensional dalam menyebarkan berita-berita.

Continue reading “Social Media Day”

SOLO: Sharing Online Lan Offline (Day 1)

SOLO, Sharing Online Lan OfflineWeekend kemarin saya menyempatkan diri ke Solo. Kalau di TripIt, Solo dinamakan sebagai Surakarta. Ya, kota yang dikenal luas dengan nama Solo ini, sebenarnya nama aslinya adalah kota Surakarta. Di Indonesia, Surakarta merupakan kota peringkat kesepuluh terbesar (setelah Yogyakarta). Sisi timur kota ini dilewati sungai yang terabadikan dalam salah satu lagu keroncong, Bengawan Solo.

Lalu ngapain saya ke Solo? Jadi begini, tanggal 5-6 Juni 2010 kemarin, komunitas blogger Bengawan Solo mengadakan acara yang bertajuk SOLO: Sharing Online Lan Offline. Acara ini merupakan ajang pertemuan blogger dan pengguna aktif teknologi informatika dengan masyarakat luas yang membutuhkan teknologi serupa untuk meningkatkan kualitas hidup bersama. Banyak kelompok perajin dan masyarakat yang sejatinya bisa lebih cepat mengembangkan diri, usaha dan komunitasnya dengan menggunakan internet, namun masih terkendala banyak sebab. Melalui diskusi-diskusi di forum Sharing Online Lan Offline inilah, banyak pihak diharapkan bisa saling menginspirasi.

Saya tiba di Solo jam 3 subuh, hari Sabtu, tanggal 5 Juni 2010. Di subuh itu, kota Solo masih sepi. Kendaraan yang saya tumpangi membelah jalan Slamet Riyadi, mencari Graha Solo Raya yang akan menjadi tempat dilaksanakannya acara SOLO: Sharing Online Lan Offline ini. Setelah menandai letak Graha Solo Raya, saya dan rombongan pun mencari tempat untuk sekedar meletakkan kepala dan tubuh yang telah duduk di atas kendaraan selama 12 jam lamanya ini.

Continue reading “SOLO: Sharing Online Lan Offline (Day 1)”

Tugas Baru, Beban Baru

Banner di sebelah adalah banner buatan Rony Lantip. Banner tersebut dibuat oleh Lantip untuk menyuarakan agar saya menjabat sebagai Chairperson Pesta Blogger 2010. Serius, sebenarnya saya tidak berharap, sekalipun malah tidak pernah bermimpi untuk menduduki jabatan paling berbahaya di dunia perbloggingan Indonesia. Kenapa jabatan paling berbahaya? Karena jabatan ini perlu dedikasi tinggi, tanggungjawab yang sangat berat, beban yang sangat berat, dan komitmen yang tinggi. Dan jujur saja, saya tidak percaya diri bisa mengemban amanah yang sungguh besar ini.

Lah, trus kenapa akhirnya mau?

Continue reading “Tugas Baru, Beban Baru”