Lokasi: perairan Tambelan, Kepulauan Riau.
Tanggal: 30 Januari 2009
Dengan menggunakan Digital Camera Fuji FinePix V10
PTT (Pegawai Tidak Tetap) -part 2-
Sebelumnya saya minta maaf, blog jadi jarang terupdate hehehe.. Yah maklum, setelah menginjak lokasi PTT, ternyata sinyal yang ada hanya GSM saja. GPRS ada sih tapi kata orang Indosat masih numpang di jalur voice, jadi ya gak secepat di kota-kota besar gitu lho :P Blackberry-ku pun ngos-ngosan mencari sinyal sampai baterainya cepat panas. Yah untung lah saya memakai blackberry, jadi masih bisa terima email dan sedikit browsing kalau perlu, minimal Y!M lah hehehe.
Ok, saya lanjut cerita saya. Terakhir postingan saya tentang PTT ini, waktu hari pertama saya baru tiba di Tanjung Pinang – Bintan. Nah ini keesokan harinya, saya dan adik kelas saya, Ermyta, pergi ke Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau untuk melapor. Saya melapor untuk memberitahukan bahwa saya sudah tiba di propinsi tersebut untuk melaksanakan tugas PTT. Ternyata rombongan para dokter / dokter gigi PTT yang sama-sama bertugas di Kepulauan Riau hari itu sudah berangkat ke lokasi masing-masing. Dapat sedikit teguran hehehe :P
Setelah sedikit mendengar “ceramah†pegawai yang saya temui di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau tersebut, saya pun dikasih surat pengantar untuk melapor ke Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan. Untungnya sih, kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan ini berada kota Tanjungpinang juga. Tidak seperti kantor Dinas Kesehatan kabupaten-kabupaten lainnya dalam propinsi Kepulauan Riau ini, harus menempuh sekian jam naik kapal untuk ke kantor dinas-nya. Misalnya kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Karimun yang berada di kota Tanjung Balai, harus naik kapal ferry ke Tanjung Balai selama 4 jam.
Oh iya, sebelum meninggalkan kantor Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau, saya disuruh menandatangani NOTA KOSONG! Saya sempat terperangah, mengapa saya harus menandatangai nota kosong ini? Tapi saya malas cari masalah dan berdebat, ya sudah saya tandatangani saja. Bentuk nota kosong tersebut saya kenali, soalnya saya harus menandatangani nota yang serupa ketika saya menerima uang jalan + uang pengganti tiket pesawat dari Makassar ke Tanjung Pinang. Ketika saya cerita ke beberapa teman saya yang juga sedang PTT di Kepulauan Riau (tapi mereka mulai dari periode bulan Juli 2008, saya bulan September 2008), seharusnya saya menerima sejumlah uang lagi untuk transportasi ke kabupaten lokasi PTT saya. Wah, ada yang ga beres di sini *geleng2 kepala*
Kemudian saya pun ke kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, masih diantar oleh Ermyta. Di sana saya bertemu langsung dengan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, Bpk. Puji, kemudian diarahkan untuk berurusan dengan bagian Biro Kepegawaian Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan. Saya kemudian menerima surat tugas yang menyatakan bahwa saya ditugaskan di Kecamatan Tambelan. Sebelumnya saya sudah mendengar sedikit isu-isu bahwa Tambelan itu adalah sebuah pulau yang sangat jauh dan sangat terpencil di Kabupaten Bintan, serta merupakan daerah kecamatan yang paling jauh dari Kabupaten Bintan. Alamak!
Masih di kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, di sana saya diminta untuk menyetor fotokopi rekening giro untuk kepentingan transfer gaji dan insentif yang akan saya terima mulai bulan depannya. Juga fotokopi ijazah Dokter Gigi, surat Sumpah Dokter Gigi, dan Transkrip Nilai, serta foto 3 x 4 sebanyak 2 lembar. Ketika mengurus, saya bertemu dengan salah satu pegawai Dinas yang bernama Rama Agustian. Ternyata dia merupakan salah satu dari staf Puskesmas Tambelan yang sedang tugas belajar di Tanjung Pinang. Dia langsung ngajak ngobrol banyak ketika mengetahui bahwa saya ditugaskan di Puskesmas Tambelan.
Dia lalu bercerita banyak mengenai Tambelan, dan memberikan informasi yang sangat lengkap (menurut saya) sebagai gambaran buat saya seperti apa di Tambelan itu. Terus terang mendengar nama Pulau Tambelan pun saya baru kali ini.
Beberapa informasi tentang Pulau Tambelan yang saya ketahui dari Rama, yaitu:
– Pulau Tambelan merupakan kecamatan yang paling jauh dan terpencil di Kabupaten Bintan.
– Jumlah penduduk di Kecamatan Tambelan hanya sekitar 4.000 jiwa.
– Penduduknya hidup tidak terpisah-pisah dalam kecamatan tersebut. Maksudnya, jarak antar rumah itu berdekatan satu sama lain.
– Letak pulau Tambelan sebenarnya lebih dekat dengan Kalimantan Barat. *huah*
– Transportasi ke pulau Tambelan hanya melalui jalur laut, alias naik kapal. Kapal yang ada pun bukan kapal seperti kapal Pelni, melainkan kapal perintis. Kapal perintis itu sejatinya adalah kapal barang yang dipakai untuk mengangkut orang hehehe.. Jadi bayangkan saja lah pasti tidurnya di dek tuh hehehehe.
– Jarak tempuh dari kota Tanjung Pinang ke pulau Tambelan dengan menggunakan kapal perintis, adalah 22 – 24 jam lamanya.
– Frekuensi kapal perintis ke / dari Tambelan, sekali dalam 12 hari. Maka dalam 1 (satu) bulan hanya 2 (dua) kali.
– Ada kapal penumpang yang ke / dari Tambelan, namanya KM. Gunung Bintan. Tapi lamanya 24 – 26 jam, dan hanya 1 (satu) bulan sekali.
– Di pulau Tambelan, listrik hanya hidup pada pukul 18.00 – 06.00 pada hari Senin – Sabtu. Kecuali hari Minggu, listrik 24 jam lamanya.
– Syukurnya…. Sudah ada sinyal di sana! Ada 2 (dua) BTS operator seluler di Tambelan, yaitu Telkomsel dan Indosat.
Waw! Keren! Hehehehe..
Di akhir pertemuan saya di kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan itu, saya diinformasikan bahwa saya akan berangkat dengan kapal perintis pada tanggal 10 September 2008, sebab kapalnya baru ada tanggal segitu. Dan waktu itu tgl 4 September 2008. Berarti, saya masih punya waktu 6 (enam) hari lagi di kota Tanjung Pinang. Hehehe..
PTT (Pegawai Tidak Tetap) -part 1-
Tunggu dulu, apa itu PTT? Hehehe pasti ga semua tau apa itu PTT. Bukan, bukan Push To Talk hehehe.. PTT itu adalah Pegawai Tidak Tetap.
Jadi begini, semua dokter / dokter gigi yang baru lulus itu biasanya pergi tugas ke daerah terpencil atau sangat terpencil di pelosok Indonesia. Dulu, PTT ini adalah hal wajib dilakukan oleh para dokter / dokter gigi agar bisa diberikan Surat Izin Praktek (SIP). Juga wajib dilakukan sebelum apply PNS atau mau sekolah lagi, atau ingin melamar menjadi dokter / dokter gigi di suatu instansi atau rumah sakit.
Sekarang?
Sekarang sudah lebih dimudahkan. PTT sudah bukan menjadi hal wajib bagi para dokter / dokter gigi baru lulus. Mereka sudah bisa buka praktek dengan syarat harus lulus tes kompetensi kedokteran / kedokteran gigi yang disahkan oleh Kolegium Kedokteran / Kedokteran Gigi Indonesia. Dan setelah lulus tes itu, sertifikat kelulusan tes tersebut merupakan salah satu syarat untuk mengurus Surat Tanda Registrasi Dokter / Dokter Gigi yang disahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia. Setelah mempunyai Surat Tanda Registrasi (STR) Dokter / Dokter Gigi, maka tiap dokter / dokter gigi sudah bisa mengurus Surat Izin Praktek (SIP) di bawah rekomendasi IDI atau PDGI setempat.
PTT tetap menjadi pilihan bagi mereka yang ingin menabung untuk membangun tempat praktek, atau bagi mereka yang ingin melanjutkan sekolah, maupun bagi mereka yang ingin menjadi PNS.
Oke oke, jadi kenapa saya ngalor ngidul tentang PTT ini? :D :D
Continue reading “PTT (Pegawai Tidak Tetap) -part 1-“
Lost in Bandung
Setelah beberapa hari di Bandung, saya punya satu kesimpulan mutlak. Jalur angkot di Bandung ribet sekali!!! *pingsan* eh betulan lho! Makanya ndak heran kalau banyak yang pake kendaraan pribadi di Bandung, entah pake mobil atau pake motor. Kayaknya ribet karena banyak jalan-jalan di Bandung yang searah, makanya angkotnya harus muter ke mana-mana dulu. Hhh.. kayaknya masih enak di Makassar angkotnya. Ketahuan jelas arahnya ke mana saja, dan kalau salah angkot tinggal ngambil jurusan sebaliknya. Kalau di Bandung dan salah angkot? Kamu harus pasrah sama keadaan dan bertanya kepada sesama penumpang, nekat turun dan coba ambil angkot lain, atau menelpon orang yang dikenal di Bandung.
Foto di atas diambil di atas angkot Caheum – Ciroyom, on the way dari RS Hasan Sadikin ke Dipati Ukur. Ya, angkot jurusan Caheum – Ciroyom lho *summon wesli* hehehe. Eh, perhatiin nggak, ternyata di kaca belakang itu ada mukanya Dede Yusuf haha :D saya nggak nyangka. Baru ngeh ketika upload foto ini ke sini.
Eniwei, masih ngomongin tentang transportasi umum di Bandung, hati-hati kalau naik taksi. Banyak yang suka argo tembak, alias ndak pake argo. Tarifnya di-“tembak” sekenanya saja, dan biasa malah lebih mahal daripada pake argo. Taksi-taksinya juga banyak yang ndak jelas. Cuma dua yang bisa direkomendasi dan menggunakan argo. Taksi blue bird dan taksi G R. Taksi Putra juga ada di sini sih tapi jarang ditemukan.
Kembali ke masalah angkot.
Ceritanya saya dari Dipati Ukur, mau ke Cisitu Indah no 8 (ya ya kantornya Qwords.com haha). Janjian ama Rendy untuk lihat kostan di daerah situ. Tapi pas waktu janjian, ternyata si Rendy harus ngider “jualan” dulu. Jaaah.. kepaksa saya harus improvisasi deh naik angkotnya hahahah.. Sama Rendy direkomendasiin untuk menelpon Yuli (kayaknya staff Qwords) untuk minta dipandu jalur angkot dari Dipati Ukur ke Cisitu.
Dan terjadilah percakapan sebagai berikut:
Dialing 02270417xxx..
“Halo?”
“Err, bisa bicara dengan mbak Yuli?”
“Iya saya sendiri.” Diujung sana terdengar heran.
“Saya Rara, temannya Rendy. Saya dikasih tau Rendy untuk nelpon mbak Yuli. Minta dipandu ke Qwords. Posisi saya sekarang di Dipati Ukur.”
“Oh, naik angkot Caheum Ciroyom, mbak.”
“Lalu?”
“Naik angkot itu sampai Sumur Bandung.”
“Hah? Semur?” gubrak, itu kan makanan hihihi.
“Sumur Bandung, mbak, bukan semur.
“Ah oke, kasih tau supirnya bilang Sumur Bandung dia tau kan?”
“Iya. Sampai Sumur Bandung, mbak turun ganti angkot warna ungu jurusan Cisitu.”
“Trus?”
“Trus nanti dibawa ke sini. Depan rumah warna orange.”
“Qwords itu sebelah kiri atau kanan jalan?”
“Ha?”
“Ngg.. never mind. Oke nanti kalau saya bingung di tengah jalan, saya nelpon lagi ke mbak Yuli yaa.. Makasih, mbak”
Call ended.
Dan saya pun naik angkot Caheum – Ciroyom sambil nanya “Sumur Bandung?” *dalam hati pengen bilang semur bandeng hahaha*. Setelah McD Dago, si supir nanya, “Sumur Bandungnya di mana, neng?”. Saya jawab aja tolong turunin di tempat ngambil angkot yang ke Cisitu. Ya udah akhirnya saya diturunin depan Kafe Halaman.
Tidak lama menunggu, ada angkot ungu dengan tulisan “Cisitu”, saya naik aja. Trus sms si Rendy, ngabarin kalau saya sudah naik angkot warna ungu arah Cisitu. Rendy ngingetin lagi, turunnya nanti depan pondok Orange. Ok deh!
Setelah 5 menit saya jadi ragu apakah saya mengambil angkot yang benar. Masalahnya kok saya berada di jalan Cihampelas? Nah lho! Saya perhatikan lagi, lho kok ada tulisan Cihampelas Walk alias CiWalk?? Waduh jangan2 saya salah! Akhirnya kirim sms lagi ke Rendy.
“Eh angkotnya emang lewat cihampelas ya? *bingung* tadi gw naiknya dari sumur bandung depan kafe halaman itu.”
“Salah naek, harusnya di depan cibiuk. Yg ke arah cisitu.”
“Wadow! Huaa pantes mbingungin. Trus gw harus ke mana neh??”
“Minta ma supirnya ntar di wastukencana, di switch ke yang kearah cisitu.”
“Wastu kencana, stdi?”
“Tanya ma supir.”
Ya ya ya. Wastu kencana, seems familiar. Untungnya beberapa waktu lalu, sempat berkelana dekat Novotel, jadi jalan itu agak familiar untukku. Saya turun saja di situ. Lalu kebingungan hahaha. Akhirnya nelpon lagi mbak Yuli di Qwords *ga enak ngrecokin Rendy via sms lagi* hehehehe.. Di telepon mbak Yuli menjelaskan lagi kalau saya naik lagi angkot ungu tapi di jalur sebelah kanan (angkot ungu yg dari cihampelas tadi masuknya ke jalur kiri), dan harus ingat, tanya pada supir “Cisitu?”. Heheheh..
Oke deh!
Singkat kata, akhirnya saya nyampe juga dengan selamat. Phew!
Ini sedikit trayek yang masih mampir dalam ingatan.
Dari Dipati Ukur ke RS Hasan Sadikin:
Naik Caheum – Ciroyom, yang ke arah simpang Dago. Langsung turun depan RS Hasan Sadikin.
Tips: kalau baru pertama kali, minta sama supir tolong turunin di situ hehe, pasti diingetin pas nyampe.
Dari Dipati Ukur ke CiWalk:
Naik Caheum – Ciroyom, turun depan CiWalk
Dari Dipati Ukur ke Dago:
Naik Caheum – Ciroyom ke arah simpang Dago, turun di Circle K, trus naik angkot Dago sesuai dengan keinginanmu, mau ke Dago Atas atau ke Dago Bawah.
Dari Dipati Ukur ke BIP:
Naik Caheum Ciroyom ke arah simpang Dago, turun di Circle K. Depan Circle K (jangan nyeberang), ambil angkot Dago ke arah kiri.
Dari Wastu Kencana ke BEC:
Naik Kalapa – Ledeng depan STDI.
Dari BEC ke BIP:
Nggak usah naik angkot :D tinggal jalan ke Gramedia depan BEC, jalan terus ke depan. Pas nemu jalan raya lagi, depannya itu sudah BIP. Hehehehe..
Yah segitu aja dulu deh :D :D hehehe..
Moga-moga saya bisa ingat jalur angkot lebih banyak lagi daripada ini :D
Batagor
Gambar di atas adalah gambar dua porsi Batagor dan semangkuk es *saya lupa namanya*…
Continue reading “Batagor”
Pulang
Suka duka selama sepekan ke luar Makassar
Terima kasih untuk semuanya.. :)
Terima kasih atas bantuannya, traktiran-traktirannya, kumpul-kumpulnya, ketawa-ketawanya, nangis-nangisnya..
@jalan dipati ukur, dekat sekeloa timur
Sekarang saya pulang, dengan membawa masa depan dalam genggaman.
Masa depan yang berada di dipatiukur dan pasteur, pada sebuah kota batagor.
Oh iya, ada kartikasari juga salam genggaman hahah
:D
Makassar, here I come.
Kangen memuncak…
Urusan menbuncah…
*lap keringat*
Sent from my DentalBlogger® wireless device
Jakarta Hujan dan Saya Kembali ke Makassar
Diposting dalam perjalanan ke bandara Soekarno Hatta, di atas tol, disirami hujan yang cukup deras, walau hanya beberapa saat saja.
Suasana Jakarta masih agak lengang dibandingkan dengan keseharian Jakarta pada umumnya. Selama saya di Jakarta tidak pernah mengalami kemacetan yang parah. Mungkin karena arus balik belum seluruhnya berakhir.
“Tunggu saja hari Senin besok, pasti Jakarta akan semacet biasanya,” ujar sodara saya.
Saya kembali ke Makassar :)
Naik Adam air, berangkat jam 19.15 dgn estimasi tiba jam 22.30. Tapi sepertinya akan delay karena tadi baru terima sms dari Adam Air bahwa pesawatnya delay 45 menit :(
Pamit ke Jakarta (17 – 21 Okt 2007)
As subject, saya pamit ya mau ke Jakarta dulu. Tapi nggak lama-lama kok, tanggal 21 Oktober sudah pulang.
Saya naik Adam Air, KI0783 jam 10.20 hari ini. Sekarang aja ini udah on the way ke airport.
:)
Serba Serbi di Surabaya
Ini catatan hari kemarin, tanggal 27 Juni 2007.
Pagi-pagi saya sudah bangun. Tepatnya jam 05.00 WIB. Mandi, kemudian bersiap-siap ke Konsulat. Eh baru sadar ternyata duit untuk bayar visa belum ada. Jadi saya segera ke ATM (untungnya dekat dengan hotel) lalu kembali ke hotel untuk breakfast.
Jam 07.10 ke Konsulat USA yang terletak sangat dekat bila jalan kaki, apalagi naik taksi :D saya jalan lewat belakang hotel sesuai dengan petunjuk pak satpam hotel :P
Oh iya saya nginap di Mercure Miramar. Jalan yang saya jalani digaris warna merah.
Sampai di sana ternyata pintu belum dibuka. Masih ada 4 orang yang sama-sama menunggu. Dan ternyata semakin banyak, semakin banyak dan semakin banyak.
Sebagai applicant visa di konsulat US tidak senyaman yang dibayangkan. Menunggu pintu dibukakan harus tunggu di pinggir jalan dengan tempat duduk yang disediakan sangat-sangat seadanya, dan hanya muat untuk 4 orang kecil-kecil. Selebihnya? Terpaksa harus berdiri.
Pintu dibuka tepat jam 07.30. Kemudian dipanggil satu per satu menurut daftar yang ada pada mereka. Ternyata para applicant itu dibagi dua. Ada yang diundang pada jam 07.30, ada yang diundang pada jam 08.00. Dan masing-masing kelompok itu terdiri dari 20 orang.
Ketika nama disebut, harus kasih lihat kartu identitas (KTP/SIM) trus disuruh tulis alamat tempat tinggal (sesuai di kartu identitas), kemudian dipersilahkan masuk. Jalan terus melalui penjagaan ketat, kemudian masuk melalui pintu besi gede kemudian antri untuk bayar.
Rp 900.000,- diberikan, dan tidak akan dikembalikan bila visa ditolak :(
Lalu setelah itu ngantri lagi untuk pemeriksaan security, tas masuk scanner, ponsel dan KTP diserahkan. Ponsel dititip, diberikan nomer penitipan barang, KTP ditukar dengan visitor card yang harus dipakai selama berada di dalam.
Setelah itu saya dipersilahkan keluar melalui (another) pintu besi lagi, jalan melewati semacam tempat parkir kemudian masuk ke pintu berwarna hijau, belok kiri, ngantri lagi di loket 1.
Di loket 1 ini saya menyerahkan berkas-berkas yang diperlukan. Di loket ini, bila seseorang tidak mengisi lengkap form-nya, akan dikembalikan dan disuruh melengkapi kemudian antri lagi. Tapi kalau sudah lengkap seluruhnya, hanya diambil lalu disuruh duduk untuk tunggu lagi.
Nah ini sesi paling seru.. Sama sekali di luar dari harapan. Cukup lama kita disuruh tunggu. Mungkin sekitar setengah jam kemudian setelah orang terakhir selesai di Loket 1 tadi, muncullah staf dari Konsulat minta maaf untuk seluruh applicant, sebab katanya sistem komputernya lagi down.
Untungnya, mereka sangat menghargai applicant yang berasal dari luar Surabaya, khususnya dari luar pulau Jawa. Jadi mereka meminta applicant yang berasal dari luar Surabaya untuk datang lagi jam 1 siang dengan harapan sistem komputer mereka sudah ok. Untuk yang di Surabaya, disuruh datang kembali besoknya saja. Mereka lebih memprioritaskan yang berasal dari luar Surabaya.
Jam 1 siang saya datang lagi. Juga yang lainnya. Setelah diperiksa kartu identitas untuk mengetahui domisili asli (apakah benar dari luar Surabaya), kemudian saya dipersilahkan masuk dengan mengikuti prosedur yang sama. Tentunya tidak ada sesi pembayaran juga :P
Lapor di Loket 1 lagi, kemudian nunggu. Tidak lama kemudian, satu per satu dipanggil, kali ini di Loket 2. Kali ini dipanggil untuk diambil sidik jarinya. Trus disuruh nunggu lagi. Setelah beberapa waktu, lalu dipanggil lagi untuk diwawancarain. Dan hanya ditanyain beberapa pertanyaan..
“What are you doing there? why I have to go? have you ever been in US before? since you’ll travelling with your mom is my mom have any valid visa?“
…dan pertanyaannya dalam bahasa Inggris, sehingga saya harus menjawabnya dengan bahasa inggris juga. Kemudian si pewawancara berkata..
“Ok, I fine with your answers, have a good time.”
..sambil memberikan kartu hijau untuk mengambil paspor pada tanggal 2 Juli 2007. Yap, visa diapprove! Yippie!!!
Malamnya saya menyempatkan diri untuk kopdar! Bersama anak-anak Kampung Gajah di Surabaya. How fun! Saya diajak makan rawon kalkulator hehehe.. Thanks yah teman-teman!! *hugz*
Nasi Rawon! Memang harus makan di Jawa Timur untuk merasakan rasa yang sesungguhnya. Asli enak banget!! Dan tentu saja tidak melupakan toge pendeknya itu!! Nyammm!
Rame-rame!
Bersama para dharma wanita anak-anak Kampung Gajah di Surabaya, Ririn dan Fika.
Thanks to.. Ririn, Ariefsini), Fika, Pakerte (Risiyanto, owner ID-GMAIL), Benny Chandra (Benceh), Doni (Donceh) dan Bida, serta Budi Rejected yang dah pulang duluan.. *gag dalam foto*
Malam ini, 19.00 WIB, akan take off ke Bali :)
Leaving Makassar
Naik Lion Air yang sempat delay setengah jam karena nungguin pesawatnya dari Kendari.
Take off!!
Indahnya awan di langit Makassar..
Leaving Makassar, miss you already :(