Singapore, Singapore: Sugar Cane Juice??

Image hosted by Photobucket.comThis photo on the left is a special drink from SIngapore. You wouldn’t find it anywhere but Singapore. Name Sugar Cane Juice or Jus Air Tebu. Tebu usually forgotten in my country, but I envy Singaporean, they can discover something normal became an interesting thing and became a specialty in their country.
The taste.. Well, just commonly. Sweet, of course hehehehe.
Anyway, Why I’m reporting this? Where am I? Hehehe I’m in Singapore now fellaz!! Well I was here from last Saturday (19/03) till today. Tomorrow? Hehehe don’t know :p
Hehehehe…
So?
Really coool!!!!
I’ll be back later with some informations!! :) I’ll tell you all how is my feeling to get into the BORDERS, a really big bookstore in the Orchard Road. I felt like in HEAVEN!!! There’re so much books!!… Hmmm but that’s another story hahahaha :P
Cya all, don’t forget to comment huh!!

PETISI Untuk Menolak FISKAL Ke Luar Negeri

Ini gw kutip dari detik.com.
Seharusnya biaya fiskal ke luar negeri dihapus secara bertahap mulai tahun ini. Namun, beberapa hari lalu, pemerintah SBY berencana membatalkan penghapusan biya fiskal ini. Kini, ribuan orang beramai-ramai meneken petisi mengecam upaya pembatalan penghapusan fiskal itu. Mereka meminta pemerintah segera menghapuskan biaya fiskal itu.
Sampai Rabu (9/3/2/005) pukul 10.48 WIB, sudah ada 2.396 orang yang menandatangani petisi penghapusan fiskal ini. Alamat website ini saat ini juga telah melanglangbuana ke milis-milis internet.
Di dalam situs itu juga tercatat rincian mengenai siapa saja yang ikut menandatangani petisi itu. Semua orang juga dibebaskan untuk mengisi petisi ini. Cara pengisiannya pun mudah, tinggal klik Menuntut Fiskal Dihapuskan. Rencananya, petisi ini nantinya akan disampaikan kepada DPR.

Ayo yang belum tandatangan, segera ke:
http://www.petitiononline.com/indo2005/petition.html

I personally agree with what this petition says, and I think you might agree, too. If you can spare a moment, please take a look, and consider signing yourself.

Reena dan Aan, After On the SMS -End

Yah Dodi, it’s your gift again! Hehehe bukan karena permintaan Dodineh, tapi karena emang ceritanya dah habis, tamat, sampai di sini. OK?
——
2 hari setelah komunikasi Reena dan Aan melalui SMS.
Foto-foto Reena dan Aan berserakan di lantai kamar Reena.
Kembali airmata mengalir di pipi Reena. Setelah beberapa waktu dapat memulihkan perasaan Reena terhadap Aan, semuanya seperti film yang diputarkan kembali.
Reena mengambil ponselnya. Menekan menu contact, menekan pilihan “Aan HP”.
Reena menunggu sejenak, tersambung.
Nada panggil 3 kali, diikuti oleh suara seorang lelaki yang sangat dikenalnya.
“Halo, Na. What’s up? Tumben nelpon siang-siang..,” sapa Aan di ujung sana.
“An..,” ucap Reena serak. Menahan tangis.
“Na, are you okay?” Aan mulai panik.
“An, I still love you too..”-klik-
Reena mematikan ponselnya. Off.
Speaker kecil di sudut kamar Reena masih berbunyi… “…You just call out my name.. And you know wherever I am.. I’ll come runnin’.. To see you again.. Winter, spring, summer or fall.. All you have to do is call.. And I’ll be there…”
——
Catatan redaksi: Akhirnya selesai juga. Tolong comment-nya ya.. Menurut gw kayaknya ending-nya garing deh, gimana? Keseluruhan cerita gimana? Tolong yaaaaa… :)

Reena dan Aan, On the SMS

Cerita ini masih berlanjut loh, jangan salah :) Nah silakan dibaca ya…
——
4 tahun setelah perpisahan Reena dan Aan.
Reena menggerakkan mouse-nya ke atas tombol send.
-klik-
Ia baru saja mengisi sebuah bulletin board di salah satu situs pertemanan yang sangat nge-trendakhir-akhir ini. Tentang masa lalu.
20 menit kemudian ada telepon masuk. Reena bergegas mengambil ponselnya. Tertulis di layar ponsel: “Aan HP”. Lalu mati. Ternyata hanya miscall.
1 menit kemudian masuk sebuah sms. “Oi.. Online ngga? He3x lg ngapain loe? Pst lg ngelamun.. Hehe tau bgt deh gw? Isi bulletin kok gt?”
Wah Aan! Hah? Dia notice? Reena membatin.
Tangannya dengan lincah mengetik balasan “Lagi demam nih. Ya kenapa dengan buletin-nya? Hehehe biasa aja kok. Oh iya gw udah off nih.”
Dibalas. “Demam kangen ya? Itu loh under the title masa laluku. Ya udah klo gt gw mo cbt dr warnet..”
“Lho memangnya ada apa kok tergelitik meng-sms-ku? Berasa ada hubungannya ya? Hehehe.” Reena tersenyum pada ponselnya sambil membalas sms Aan.
Aan membalas. “Hehehe just curious, want 2 know if in that specific year, i was in it or not. Yeah, the best year but don’t know why it went wrong. Ya udah cepat sembuh ya say.”
Reena segera menekan pilihan reply. “Ya, tentang kamu. Saya masih inget banget. Apalagi saat itu adalah 2 hari setelah kita 2 tahun jadian. Pasti nggak tau kan? You are the best thing I ever had. But cannot now.”
2 menit kemudian ponsel Reena baru berbunyi lagi.
Another sms. Masih dari Aan. “Maaf, Na. Kamu tau saya ga pernah mau boong terhadap orang yang gw sayang. Di tahun itu saya ngerasa kt ga bisa lanjut, bukan krn apa-apa. Dan gw ga mau jalanin hub dgn pura2. Gw hrs jujur dgn perasaan gw dan hrs jujur thd loe. Mknya gw ajak loe ngomong baik2. Gw ngerti perasaan loe, krn mungkin skrg gw kena karma atas perbuatan2 gw dulu. Forgiven not forgotten.”
Reena segera membalas lagi. “Remember when i must go back because of my family? Gw sempat takut ama masa depan hubungan kita. Dan itu benar-benar terjadi! Dont worry you’ve forgiven. You’re always the best I ever had. As I’ve told u. An, forgiven always not forgotten, that’s true. Memories never off from a person, unless gw kena amnesia. It was really hurt, but with time and effort, the pain healed. It works.”
“Speechless deh gue. Yg gw tau kt coba utk make this relationship work, walaupun ada rintangan, tp yah itu gw ga bs boong sama loe, berada jauh dr org yg gw sayang sgt sulit, gw tnyata gak bs berhub jauh, gw pcaya dgn kedekatan, jarak bg gw adalah kutukan. Sama yg akhirnya gw alamin dgn Nora, mantan gw yg cm bertahan 6 bln, krn jarak jauh jg. Gw skali lg minta maaf , akhirnya gw tau perasaan loe dl, btp sakitnya ditinggal org yg sgt kt cintai, tp kasusnya beda. She betrayed me. Thanks 4 ur love, gw msh sayang kamu.”
Reena tidak dapat membalas lagi. Wordless, kehilangan kata-kata. “An, tahukah kamu kalau gw juga masih sayang sama kamu? Jarak membuat semuanya jadi nggak mungkin lagi,” batin Reena sedih.
Reena menaruh ponselnya di samping mouse-nya. Dimatikan.
——
Catatan redaksi: Still need your comments!! Hehehe.. Eh belum berakhir loh!

Reena dan Aan, After On the Phone

So, gw lanjutin yah. Buat yang baru pertama kali datang ke blog gw, posting hari ini adalah lanjutan dari posting “On the Phone” dan “Reena and Aan, Before On the Phone“.
——
Setahun setelah percakapan di telepon.
Aan pulang. Aan menelpon Reena.
“Na, ada waktu nggak lusa? Kita jalan yuk. Banyak yang mau dibicarakan nih.”
“Boleh, An. Mau ke mana? Sama. Banyak yang saya mau omongin.”

Lusa.
“Na, saya ngajak kamu ke sini. Mau bilang bahwa…”
“Bahwa kita udah nggak bisa terus lagi,” potong Reena cepat.
“Iya,” ucap Aan. Tangannya memainkan tulang-tulang ayam di hadapannya. Mereka usai makan siang di salah satu resto fast food yang terkenal dengan fried chicken-nya.
Hening sejenak.
“An, temenin saya ya bentar malam ke Pembimbing Akademik saya yah. Mau tandatangan KRS nih. Nggak pa pa kan?”
“Oke. Na, kamu nggak pa pa kan?”
“Nggak kok.” Reena mengenakan topeng tersenyum. Menangis dalam hati.
“Jalan yuk, An,” ajak Reena ringan.
Aan menatap Reena heran.
“Mulai hari ini kita kembali menjadi sahabat baik lagi. Boleh kah?” tanya Aan hati-hati.
“Oke! Yuk..” jawab Reena.
“Tunggu, Na!” Aan meraih tangan Reena. Membawa Reena masuk dalam pelukannya. Aan memeluk Reena erat.
“An, jangan gini dong. Risih, malu dilihat orang.” Reena berusaha melepaskan diri. Selain risih, ia nggak mau Aan mengetahui kesedihannya.
“Sebentar aja, Na.” Aan makin mendekap tubuh mungil Reena.
“Iya.” Mata Reena mulai basah.
“You just call out my name/And you know wherever I am/I’ll come runnin’/To see you again/Winter, spring, summer or fall/All you have to do is call/And I’ll be there/You’ve got a friend…” Aan menyanyikan sebait lagu lama dari Roberta Flack dan Donny Hathaway.
Reena terisak.
——
Catatan redaksi: Hayo comment-nya hehehe

Reena and Aan, Before On the Phone

Atas permintaan Dodi sableng gw kasih hadiah deh ceritain history-nya sepasang insan yang ada di postingan gw sebelumnya. :D
——
“Apa, An? Ngomong aja,” jawab Reena sambil mencet-mencet keypad ponsel. Melakukan komunikasi irit yang paling sering dilakukan oleh anak muda bila punya ponsel. SMS.
“Serius nih, jangan sms-an dulu dong, please.”
“Iya deh, apa?”
“Na, mau nggak kamu jadi pacar saya?’
HAH??! Reena kaget!
“Gimana, Na?”
“Makasih yah, An.” Reena cengengesan.
“Lho? Ih kok gitu jawabnya?”
“Uhm.. Gimana ya? Nanti aja ya jawabnya, An. Nggak pa pa kan?”
“Kapan?”
“Lusa deh.”
“Kenapa sih harus lama?”
“Saya mau doa dulu, An. Nanya ama yang di Atas,” jawab Reena. Diplomatis.
“Oke, saya tunggu ya, lusa.”

Lusa.
“Na, gimana?”
“Apanya, An?” Reena pura-pura bego.
“Jawaban kamu?”
“Oh itu.. emm.”
“Emm?” Mata elang Aan menatap Reena lekat-lekat.
“Umm.. iya deh.”
Aan segera meraih tangan Reena dan menciumnya. “Makasih Reena. I promise I won’t make you sad seperti masa lalu kamu.”
“Really?”
“Yes,” jawab Aan mantap. Tangan Aan meraih Reena dalam pelukan.

2 minggu.
“I should go home, An. Saya nggak bisa melawan. Semuanya mengharuskan saya kembali.” Reena menunduk sambil terisak.
“Dan ninggalin saya sendiri di sini?” tanya An parau.
“Yah. Sebenarnya saya nggak mau. Apa yang saya cari sudah saya dapatkan. Apa yang ditawarkan di sana bukan keinginan saya. Tapi saya nggak bisa melawan keluarga saya, An.”
Aan terdiam.
“An…”
“Ya sudah, nggak apa-apa. Kamu baik-baik ya di sana.”
“An.., promise me to keep on communicating. Ok?”
“Of course, dear..”
“An, pacar kamu dulu juga jarak jauh, trus putus. Saya takut kita akan berakhir demikian juga…” Reena meraih tangan Aan dan menaruh di pipinya.
“Lho belum dijalani udah ngomong gitu. Kita jalani saja yah, Sayang.”
Reena mengangguk pasrah. Menerima kecupan Aan di pipinya.
——

On the Phone

“An, kok kamu berubah sih?”
“Berubah gimana sih, Na? Saya masih yang dulu kok.”
“Kok kamu nggak pernah usaha mau ketemu saya sih?” suara Reena mulai meninggi. Melepaskan semua yang dipendamnya.
“Loh, ya mau gimana, nggak pas waktunya,” Aan berkilah.
“Kamu nggak kangen ya sama saya?”
“Siapa bilang nggak kangen. Saya kangen kamu, Na.”
“Kok nggak pernah mau usaha untuk ketemu saya?” geram Reena.
“…”
“Ayo jawab, An!”
“Na, jangan gini dong. Ngertiin saya.”
“Loh, An. Kamu yang nggak ngerti,” emosi Reena mulai meledak. “Kita udah hubungan jarak jauh gini, masa nggak ingin ketemu? Mumpung kita sekota sekarang, kok malah nggak bisa ketemu juga. Apa bedanya kalau seperti ini??”
“Yah terserah kamu deh, Na.” Aan malas berdebat.
“Ya sudah lah. An, saya pulang besok,” kata Reena lambat-lambat.
“Hati-hati ya. Saya sayang kamu, Na.”
“Saya sayang kamu juga, An. I miss you, but not you now. You in the last year’s person,” ucap Reena lirih.
“Bye, Na.”
-KLIK-

Catatan redaksi: asli fiksi semata

How Do I Know if I’m in Love?

“Love is a feeling you feel when you feel you’re feeling a feeling you never felt before.”
Sounds profound, doesn’t it? I quoted it for years until I thought about the first time I received an electric shock. That was a feeling I’d never felt before, but I’ll guarantee you it wasn’t love!

The problem with the word love is that we use it to apply to so many emotions or situations that we sometimes don’t know what it means. So what is it? What is this thing called love?

Dr. Robert Sternberg at Yale University probably defines it best. He says that love consists of three components: 1) decision/commitment; 2) intimacy; and 3) passion. When all three strongly exist in our feelings for another person, he says that we feel consummate love for that person. What do these components mean?
# Decision/Commitment has both a short-term and long-term dimension. The short-term dimension occurs when we consciously decide that we love someone. The long-term dimension occurs when we commit to maintain that love. Interestingly, some evolve into commitment without ever consciously deciding to do so.
# Intimacy means closeness, connectedness, warmth, and bondedness. It has to do with understanding each other, accepting each other, and having open and intimate communication with each other.
# Passion is physical attraction, sexual desire, and other strong emotional attraction to another person.

So what does this mean to you?

Love is an emotion. No doubt about that. That’s part of love’s power. It can leap over our thoughts and capture our hearts. The exhilaration that comes with being swept up in the rip tide of emotions is wonderfully terrifying!
On the other hand, love runs deeper than mere emotions. Its current cuts deeply into our thoughts and captures our imagination. When love ebbs, eddies, or hides, we deeply yearn for that feeling of being in love.
Love is bigger than emotions, thoughts, attitudes, and experiences. Love is a verb. The guts and grit of love are centered in our actions and deeds. We should not separate our understanding of love from the actions that must accompany it. Love is seen, demonstrated and expressed by what we do.
Love is bigger than emotions, thoughts, attitudes, and experiences.
Love is from God. It is the environment in which he lives and is the blessing he graciously shares. Incredibly, the Bible rarely if ever simply says that God loves us. Instead, it tells us that God showed us his love by giving, doing, sacrificing, and forgiving.

So as we get swept up on both the seriousness and silliness of Valentine’s Day fever, let’s hear the call of God to do more than buy an overpriced card, snag a bouquet of flowers, or box of chocolates. Let’s make a commitment to make our love real with some very intentionally planned loving actions. In other words, pick up that PIM or daily planner and space out some very specific things to do between now and next February 14. Love is a verb, so let’s get busy doing and not just talking, thinking, and feeling.

SHARE THE LOVE YOU HAVE!!! God bless you all :)