Reena dan Aan, After On the Phone

So, gw lanjutin yah. Buat yang baru pertama kali datang ke blog gw, posting hari ini adalah lanjutan dari posting “On the Phone” dan “Reena and Aan, Before On the Phone“.
——
Setahun setelah percakapan di telepon.
Aan pulang. Aan menelpon Reena.
“Na, ada waktu nggak lusa? Kita jalan yuk. Banyak yang mau dibicarakan nih.”
“Boleh, An. Mau ke mana? Sama. Banyak yang saya mau omongin.”

Lusa.
“Na, saya ngajak kamu ke sini. Mau bilang bahwa…”
“Bahwa kita udah nggak bisa terus lagi,” potong Reena cepat.
“Iya,” ucap Aan. Tangannya memainkan tulang-tulang ayam di hadapannya. Mereka usai makan siang di salah satu resto fast food yang terkenal dengan fried chicken-nya.
Hening sejenak.
“An, temenin saya ya bentar malam ke Pembimbing Akademik saya yah. Mau tandatangan KRS nih. Nggak pa pa kan?”
“Oke. Na, kamu nggak pa pa kan?”
“Nggak kok.” Reena mengenakan topeng tersenyum. Menangis dalam hati.
“Jalan yuk, An,” ajak Reena ringan.
Aan menatap Reena heran.
“Mulai hari ini kita kembali menjadi sahabat baik lagi. Boleh kah?” tanya Aan hati-hati.
“Oke! Yuk..” jawab Reena.
“Tunggu, Na!” Aan meraih tangan Reena. Membawa Reena masuk dalam pelukannya. Aan memeluk Reena erat.
“An, jangan gini dong. Risih, malu dilihat orang.” Reena berusaha melepaskan diri. Selain risih, ia nggak mau Aan mengetahui kesedihannya.
“Sebentar aja, Na.” Aan makin mendekap tubuh mungil Reena.
“Iya.” Mata Reena mulai basah.
“You just call out my name/And you know wherever I am/I’ll come runnin’/To see you again/Winter, spring, summer or fall/All you have to do is call/And I’ll be there/You’ve got a friend…” Aan menyanyikan sebait lagu lama dari Roberta Flack dan Donny Hathaway.
Reena terisak.
——
Catatan redaksi: Hayo comment-nya hehehe

Leave a Reply