Dari kemarin mau posting tapi moodnya hilang mulu.
Kemarin gw memberanikan diri untuk ke kampus. Soalnya kalau ke kampus gw ini harus melewati sejumlah universitas yang mahasiswanya Rabu kemarin turun konvoi dan melakukan aksi sweeping. Setelah melewati dua titik yang biasanya ‘panas” sebelum kampus gw, syukurnya aman-aman saja. Jadi gw tenang-tenang di kampus sambil mengurus apapun yang bisa diurus. Mulai dari ngurusin poster yang mau dipresentasikan di salah satu acara ilmiah kedokteran gigi di Bali tanggal 19-21 nanti, sampai diskusi tentang tiket pesawat yang mau dipakai ke Bali nanti.
Sekitar jam 1 siang gitu gw disms oleh Helvine, dia ngasih tau kalau ada rombongan massa yang baru saja lewat depan rumahnya. Gw langsung menanyakan ke k Ricky (kakak ipar gw yang punya banyak channel untuk mengorek informasi :D), ternyata ada sejumlah mahasiswa dari salah satu universitas yang tidak terkenal yang konvoi setelah membacakan pernyataan sikap ke kantor polisi di jalan Ahmad Yani.
Begitu pulang gw langsung buka basbang.net detik.com, trus ada serangkaian berita tentang Makassar (diurut mulai dari berita paling awal sampai paling akhir kemarin:
– Kota Makassar Kembali Normal
– Pembunuhan PRT, Mahasiswa Makassar Bakar Ban & Salat Gaib
– Mahasiswa Makassar Konvoi Lagi, Jarah Toko Minuman
Aduh betul-betul deh. Mereka sudah tidak lagi bisa dikatakan mahasiswa. Bikin malu saja, mereka sudah tidak pantas turut mengibarkan bendera merah putih, kalau teman sebangsa dan setanah air mau dibakar, jarah dan ganyang?? What the ***k?!
Kasihan para aktivis pemuda-pemudi bangsa tahun 1928, capek-capek mereka merancang Sumpah Pemuda, namun akhirnya yang terjadi adalah kemerosotan moral bangsa. Ini yang benar-benar moral yang harus diperbaiki. Jangan asal ributin pornografi lah, Playboy lah, dengan alasan bahwa pornografi merupakan sumber dari kemerosotan moral bangsa, padahal yang masalah seperti ini tidak pernah ada habis-habisnya.
Berikut isi Sumpah Pemuda:
* PERTAMA. Kami Putera dan Puteri Indonesia, Mengaku Bertumpah Darah yang Satu, Tanah Indonesia.
* KEDUA. Kami Putera dan Puteri Indonesia, Mengaku Berbangsa yang Satu, Bangsa Indonesia.
* KETIGA. Kami Putera dan Puteri Indonesia, Menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia.
Trus kan ada juga Janji Mahasiswa (atau Sumpah Mahasiswa?) dengan bunyi dan isi yang sama. Cmiiw.
Coba itu.. Apa tidak ingat mereka sama sumpah itu? Hiks.. :(
Hari ini (jumat 12/05) Makassar kembali dilanda kecemasan akibat beredarnya isu sejak kemarin bahwa usai sholat jumat mau rusuh lagi, dengan ucapan “yang hari rabu belum sempat melampiaskan kemarahan, jumat ini gilirannya”.
Trus ada update info bahwa rusuhnya mau dimulai dari pagi sebelum sholat jumat.
Lalu ada pula yang nyebar selebaran yang provokasi banget isinya.. “ayo ikutan pesta bakar jarah ganyang di hari jumat dan minggu” uh-uh..
Seperti biasa, isu-isu kayak ini memberi kesan bahwa bagi umat Muslim, tindakan “perang” pada hari Jumat itu justru berpahala lebih besar.. atau semacam itu. Dan memang kalau ada masalah SARA kayak gini, hari Jumat memang jadi hari yang menakutkan, mengingat dulu pembakaran gereja di Kare-Tamalanrea, depan kampus Unhas, dan sejumlah aksi sweeping untuk etnis dan agama tertentu saat pasca kerusuhan Ambon, lebih meningkat di hari Jumat. Semacam puncaknya gitu.
Semoga tidak ada yang tersinggung, gw hanya menjabarkan yang gw dengar ditambah dengan beberapa fakta yang gw alami. Sebelumnya saya minta maaf kalau tersinggung.
Info terakhir, bahwa rusuh itu tidak bakalan ada, tetapi harus diwaspadai sebab mahasiswa punya dalih untuk demo dan mengumpulkan massa hari ini. Katanya mau memperingati tragedi Trisakti 12 Mei 1998. Nah yang ditakutkan di sini adalah bisa jadi banyak pihak yang berkepentingan lain “menumpang” di sini kemudian bikin rusuh.
Terus terang saya agak pesimis dengan niat para mahasiswa (mending kalau mahasiswa) yang (katanya) mau berdemo untuk peringatan tragedi Trisakti 12 Mei 1998. Padahal di Makassar ini, event ini tidak pernah diperingati sama sekali sejak tanggal 12 mei 1999, di mana saat itu baru satu tahun peringatannya. Tahun lalu saja tidak.
Oke, di sini bukan mau menakut2i.
Gw cuma minta doa dari teman2 supaya all the best happen and the worst thing gone..
Heran.. Provokator kok dipelihara.
Jadi ingat kembali satu kalimat menarik di akhir film GiE. Impian seorang Soe Hok Gie.
“Bahwa sampai hari ini, setelah 32 tahun, kehidupan demokrasi yang bebas dari kepentingan ras, agama, dan partai, belum tercapaiâ€ÂÂ
Pernah gw bahas juga di sini.