Jadi, hari Sabtu kemarin, tanggal 19 Maret 2011, saya ikutan menyusup ke dalam sebuah event bernama Konser Langit Musik. Seperti yang sudah diceritain di sini, Konser Ulang Tahun Langit MusiK adalah sebuah perhelatan musik persembahan dari TELKOMSEL LANGIT MUSIK bersama para musisi INDONESIA yang tergabung didalamnya sebagai bentuk apresiasi kepada para penggemarnya karena telah membeli lagu original mereka secara legal melalui LANGIT MUSIK.
Terus terang, nama-nama musisi di acara ini termasuk asing untuk saya. Sebab saya adalah penggemar fanatik sebuah grup musik jadul bernama KLa Project :D *ditimpuk* hihihi.. Dari seluruh daftar line up para musisi di musik ini, yang saya tau adalah RAN, White Shoes and the Couples Company, dan Pure Saturday. Selebihnya? Baru tau dan mendengar lagu-lagu mereka malam itu. Tetapi itu bukan menjadi kendala untuk menikmati acara ini. Sebab, selain para musisi yang telah saya sebutkan tadi juga menyuguhkan alunan nada yang teruntai indah.
Untuk dapat masuk ke dalam acara ini, pertama-tama diharuskan mendaftar, lalu ketika diapprove, akan mendapatkan sebuah access card dan sebuah goodiebag (yang ini khusus untuk media dan blogger :D). Setelah access card diperoleh, tepat pukul 5 sore, pintu gerbang dibuka. Dan barisan anak-anak muda berkalungkan access card mulai ngantri untuk discan barcode-nya, lalu masuk ke dalam venue.
Konser Ulang Tahun Langit MusiK adalah sebuah perhelatan musik persembahan dari TELKOMSEL LANGIT MUSIK bersama para musisi INDONESIA yang tergabung didalamnya sebagai bentuk apresiasi kepada para penggemarnya karena telah membeli lagu original mereka secara legal melalui LANGIT MUSIK.
Konser ini dikemas secara eksklusif; terbatas hanya untuk orang-orang yang benar-benar mau mendukung Musik Indonesia secara legal melalui mekanisme pendaftaran yang dibuat sedemikan rupa untuk bisa mendapatkan undangan/INVITATION ke acara ini. Mungkin bisa dikatakan sebagai sebuah PRIVATE PARTY bagi para pendukung perkembangan musik INDONESIA. Dan di sini, para pemegang invitation akan disuguhi penampilan spesial dari para musisi pilihan dan juga suasana yang ekslusif mulai dari free 1st drink, tempat makan hingga life style.
Namun yang membuat Konser Ulang Tahun Langit Musik ini menjadi berbeda adalah akan dimulainya sebuah gerakan baru untuk musik Indonesia bernama “My Expression of Music”. Sebuah gerakan yang mengajak semua pengunjung untuk menjadi “pembawa perubahan / agent of change”. Sebuah gerakan yang kemudian bisa menyebar ke semua penikmat dan pecinta musik untuk mengapresiasi karya musisi kesayangannya secara jujur demi kelangsungan musik Indonesia. Dan gerakan ini akan dimulai tepat pukul 22:00 melalui sesuatu bernama “Moment for My Music”. Sebuah moment yang benar-benar bergantung pada kemauan dari semua pengunjung untuk secara nyata mendukung musik Indonesia.
Pada akhirnya, LANGIT MUSIK melalui KONSER ULANG TAHUN ini ingin memberikan kebanggaan kepada semua orang karena telah mengekspresikan kecintaannya terhadap musik Indonesia jujur, salah satunya dengan mendukung pembelian lagu secara legal.
Tempat: Epicentrum Walk – Kawasan Rasuna Epicentrum, Kuningan
Tanggal: 19 Maret 2011
Pengisi Acara:
DJ Jaqueline | DJ Tiara Eve | Music For Sale | Self | Di-da | Andre Harihandoyo and Sonic People | TauruZ | TOR | The Milo | Drew | Ray d’Sky | Bottlesmoker | Last Child | Tika and Dissidents | The Banery | The Trees and The Wild | White Shoes and The Couples Company | Endah N Rhesa | Pure Saturday | RAN | Calvin Jeremy
Informasi cara mendapatkan ACCESS CARD:
http://www.facebook.com/note.php?note_id=137983526268369
Saat membaca judul di atas, yang terpikir pastinya adalah salah satu lagu dari grup legendaris, Queen. Hehehe tapi di sini saya nggak ngomongin tentang lagu tersebut, melainkan sebuah film bioskop dari Thailand. Judul aslinya adalah: “Sing Lek Lek Thee Riak Wa Ruk“, dan diterjemahkan jadi “Crazy Little Thing Called Love”, atau “A Crazy Little Thing Called Love”, atau “Little Thing Called Love”, atau “First Love”. Di Blitz Megaplex, di mana film ini ditayangkan secara eksklusif, mengambil judul Crazy Little Thing Called Love.
Film yang berasal dari Thailand ini, disutradarai oleh Puttipong Pormsaka Na-Sakonnakorn dan Wasin Pokpong, dibintangi oleh Mario Maurer, Pimchanok Luevisetpaibool, Sudarat Butrprom, dll. Dirilis sejak Agustus 2010 yang lalu, dan telah diputar selama 3 minggu ini di Blitz Megaplex.
Keinginan untuk nonton film ini udah sejak 3 minggu yang lalu, waktu nonton trailernya di Blitz juga, tapi saat itu lagi nonton film yang lain. Lalu film ini terucap lagi saat makan malam bareng mas Budi Putra dan Mbak Elvi Susanti di Sushigroove. Dan voila, setelah bersahut-sahutan di ranah twitter, lanjut deh nonton film ini di Blitz Megaplex Teraskota BSD, kemarin 06 Maret 2011, jam 20.30.
Film ini bercerita tentang kehidupan anak sekolahan. Dan sesuai dengan tagline film ini, diinsiprasi dari cerita cinta kebanyakan orang. Benar saja, film ini banyak bercerita tentang kisah cinta monyet masa-masa SMU. Dan bukan saja tentang muridnya, cerita cinta tentang para gurunya pun diceritakan di sini dan menjadi side story. Yang pasti, film ini bikin kita terkenang-kenang kembali kepada cerita-cerita cinta saat sekolah dulu, kebodohan-kebodohan yang sering dilakukan demi cinta :D Do you remember your first date? Your first crush?
Jadi ada seorang siswi bernama Nam (diperankan oleh Pimchanok Luevisetpaibool), yang jatuh cinta kepada Shone (diperankan oleh Mario Maurer), seorang cowok yang sangat populer di sekolahnya. Nam di awal cerita adalah seorang siswi yang berkacamata, hitam, dan kurang menarik. Nam dan teman-teman se-gengnya melakukan apa saja untuk mendapatkan perhatian dari Shone. Dari membaca buku tentang 9 tips mendapatkan cinta, berusaha memutihkan kulit, hingga berusaha mendaftar ikutan dansa di acara sekolah.
Ada beberapa adegan lucu yang menggelitik. Adegan-adegan ini yang menurut saya sangat klasik dan hal biasa dilakukan saat sekolahan dulu, kala kita lagi suka sama seseorang :D
1. Nam minta izin keluar kelas untuk ke toilet, tapi ternyata berbelok untuk mengintip Shone di kelasnya.
2. Nam teriak-teriak sendiri karena bahagia saat menyadari bahwa ternyata Shone mengetahui namanya.
3. Nam menelpon ke rumah Shone, ingin bicara dengan Shone. Tapi ketika Shone menjawab, Nam malah menutup telepon :D
..dan beberapa adegan lain lagi yang menurut saya sangat natural. Itulah hal2 yang kebanyakan terjadi pada masa-masa cinta monyet di jaman sekolahan :D
Selain cerita antara Nam dan Shone, ada juga cerita tentang guru-guru sekolahnya. Misalnya salah satu guru wanita yang bernama Inn, naksir pada guru olahraganya, tapi punya rival guru lain yang lebih cantik dan lebih tinggi. Pada gambar sebelah ini, adalah adegan di mana bu Inn sedang bergumam sambil mengatakan “aku tidak akan menyerah”, dan bersamaan dengan itu Nam sedang menyerahkan lembar jawaban dari soal ujiannya. Bu Inn tanpa sadar mengambil lembar jawaban itu dan langsung meremas-remas kertas itu dan membuang ke luar. Nam segera menyadarkan Bu Inn, dan memberitahu bahwa itu adalah lembar jawabannya. Dan adegan setelahnya bikin saya tertawa terbahak-bahak :D lucu dah pokoknya :D
Film ini juga menunjukkan betapa kita bisa berubah dan melakukan hal-hal positif demi sebuah rasa cinta. Nam yang item, tampang nerd, berkacamata, bisa menjadi seseorang yang cantik, lebih putih, dan lebih populer. Berbagai macam kegiatan positif diikuti olehnya, termasuk menjadi Snow White dalam drama sekolah, serta menjadi Mayoret untuk grup drum band sekolahnya. Walau hal-hal tersebut diperoleh dengan cara yang tidak biasa, tapi usaha dan semangatnya agar menjadi yang terbaik, adalah suatu hal yang patut ditiru.
Ending dari film ini? Sebelumnya saya memikirkan sebuah ending yang klasik, seperti layaknya film-film roman lainnya. Tapi ternyata penonton sekali lagi diberikan kejutan. Apa itu? Tentunya harus ditonton dong, untuk mengetahui hasil akhir dari film ini hehe..
It is the end of February, and I didn’t write anything yet :D
Sebenarnya bulan ini merupakan bulan yang lumayan sibuk (baca: sok sibuk). Banyak kerjaan di tempat baru, banyak kopdar dan hal-hal yang tercerahkan pada 3/4 malam haha *summon peserta kopdar*. Anyway, I kinda enjoyed my February :P
Danbo
Di awal bulan ini saya kenalan dengan Danbo. This little guy is very cute, dan paling oke buat jadi objek foto :D
Danbo berasal dari kata “dan-board”, merupakan salah satu karakter komik di Yotsuba, kemudian menjadi icon Amazon jepang.
Pelabuhan Sunda Kelapa dan Ancol
Kemudian saya menyempatkan diri untuk berjalan-jalan ke Pelabuhan Sunda Kelapa. Saya bersama teman-teman pencinta foto-foto lainnya menyusuri Pelabuhan Sunda Kelapa ini. Pertama kali ke sini, ke pelabuhan yang terkenal sebagai pintu masuk perdagangan di Indonesia pada jaman Belanda dulu. Kesan saya, suasana di sini sangat persis dengan pelabuhan Paotere di Makassar.
Kami pun menyewa sebuah sampan yang dapat mengantarkan kami berkeliling di antara kapal-kapal yang sedang “parkir” di dermaga. Dengan Rp 30.000,-, cukuplah sekitar 30 menit menyusuri laut di sekitar Pelabuhan Sunda Kelapa, dengan sedikit deg-degan karena sampan kami berisi 8 orang :D Selain itu, pada takut kalau-kalau tercebur, yang mau diselamatkan, kamera atau diri sendiri? Hahaha :D
Karena mendung, gagal memotret sunset di Pelabuhan Sunda Kelapa. Akhirnya kami bergerak ke Ancol untuk memotret suasana menjelang malam di Ancol. Untungnya saya bawa tripod.
Kopdar
Bulan ini saya sangat sering bertemu dengan teman-teman dari Angingmammiri chapter Jakarta. Entah hanya membahas soal Nawala *lirik Piwing*, atau hanya sekedar menarik suara bersama-sama, atau menghabiskan malam bersama-sama dan pulang ke rumah setelah matahari bangun.
Yang pasti, ada suatu kebersamaan dan canda tawa di dalamnya, dan jujur.. hal-hal ini yang saya rindukan setelah saya setahun di Jakarta. Canda tawa yang didulang di kopdar-kopdar AM di Jakarta ini dapat menghibur di sela-sela kesibukan bekerja di ibukota. Hehehe.. Dan mengingatkanku kembali pada kegilaan-kegilaan ngurusin Angingmammiri di Makassar dulu. Uffftt,, miss you guys!! :(
Catatan untuk kopdar-kopdar yang sering terjadi akhir-akhir ini: “pencerahan dan kecerdasan sering muncul pada saat tiga perempat malam.” Hahahaha.. *lirik sana-sini*
Jadi, apa yang kamu lakukan di bulan Februari ini? Menyenangkan kah? Suram kah? :)
Biasanya foto sunset itu dilengkapi dengan nuansa alam, misalnya pantai, rerumputan, alang-alang, dll dsb. Tetapi di kota Jakarta yang tanahnya hampir tidak terlihat lagi, sejauh mata memandang hanya gedung-gedung pencakar langit yang terlihat.
Di suatu sore yang melelahkan, setelah mengikuti sebuah kursus fotografi di salah satu gedung di Jakarta, tampak suasana sunset yang indah. Saya segera mengambil kamera jadul, si Nikon D40 saya, dan mengabadikan sunset dengan nuansa gedung-gedung tinggi ini.
Ya ya saya tau, ini postingan telat, sebab tahun baru sudah lewat kurang lebih 2 minggu yang lalu :P
#My2010 adalah salah satu hashtag yang beredar di salah satu jalur jejaring sosial: Twitter. Varian lain dari hashtag ini adalah #2010was yang sempat menjadi trending topic di hari terakhir tahun 2010 kemaren.
Berikut di postingan ini saya ingin cerita2 tentang tahun 2010 saya. Tahun ini adalah tahun yang gado-gado untuk saya. Ada susah, ada senang, ada sedih, ada marah, ada kesal, ada benci, semua bercampur jadi satu. Dan di akhir tahun ini, saya hanya bisa tersenyum mengingat semua yang telah terjadi di tahun ini.
Siap-siap berlama-lama di sini, karena postingan ini sangat panjang dan penuh foto2 :D
Tanggal 6 Desember kemarin adalah hari ulang tahun Blogfam yang ke-7 tahun. Maaf teman-teman blogfammers, saya postingnya telat ya :D maklum akses internet ga ada di rumah, jadi harus ke tempat yang menyediakan free wifi terdekat :D
Anyway, BLOGFAM a.k.a Blogger Family. Komunitas ini merupakan komunitas blogger pertama yang saya kenal dan saya ikuti selama saya berkecimpung di dunia blogging.
Seperti tertera di statistik hasil capture di atas ini, saya bergabung di BLOGFAM sejak tanggal 15 April 2004. Saya ikut di forum ini karena sebuah banner yang bernama BLOGGER FAMILY (waktu itu bannernya masih yg warna biru, edisi pertama dari banner BLOGFAM) di blog Ganda, teman blog saya sejak tahun 2003. Hahaha #pengakuan saya jadi blogwalking ke tempat Ganda karena tulis postingan ini :D
Curious ama banner tersebut, saya klik dan join. Tapi saya lupa, apakah saya langsung perkenalan saat itu apa belum. Yang pasti, sejak perkenalan dan bersilaturahmi di dalam komunitas ini, saya merasa berada di keluarga sendiri. Kehangatan dan kekeluargaan di dalam komunitas ini sangat terasa, membuat saya benar-benar berada di rumah sendiri.
Tidak terasa, sudah bulan Desember. Kembali menghadapi akhir tahun. Lagu-lagu Natal mulai diputar di beberapa mal, hiasan Natal mulai menghiasi beberapa toko, bahkan sale untuk Natal pun mulai berjalan. Tak ketinggalan, biasanya kalau Desember, pak polisi pun punya tradisi: Operasi Lilin. :D
Tadi di salah satu mal, saya mendengar lagu kesukaan saya di saat bulan Desember. Judulnya The Christmas Song. Lagu yang dimulai dengan kata-kata “…Chestnuts roasting on an open fire…” itu sangat syahdu dibawakan oleh Nat King Cole. Musiknya pun sangat indah, dan membuat saya dapat merasakan suasana dan kehangatan Natal, walaupun saya lagi ga di depan api yang menghangatkan. Mungkin itulah mengapa judulnya The Christmas Song.
Dan lagu ini pun membuat saya makin diam dalam renungan.
Anyway, di bulan yang paling terakhir di tahun ini, mau tidak mau membuat kita menjadi bertanya-tanya pada diri sendiri. Apa saja yang telah dilakukan tahun ini? Adakah sesuatu yang berguna? Apakah saya menikmati tahun ini? Adakah resolusi tahun ini yang tercapai? Ada banyak hal yang membuat kita sontak merenung dan berkontemplasi.
Jadi, bagaimana dengan tahun ini?
Apakah kalian sudah melakukan sesuatu yang bermanfaat, sesuatu yang berarti di tahun ini? Let’s ask ourselves.
Bangun telat, jam 6.45. Padahal penjemputan untuk ke Damnoen Saduak Floating Market jam 7 pagi. Langsung deh, mandi kilat, ga sarapan, ngabur ke lobby. Hehehehe.
Me and Golda on the way to Damnoen Saduak Floating Market
Damnoen Saduak Floating Market terletak 110 km dari kota Bangkok. Perjalanannya sendiri kurang lebih 1 jam, sampai di tempat semacam dermaga khusus untuk kapal-kapal yang ke floating market tersebut. Melalui kanal-kanal sungai dengan pemandangan rumah-rumah penduduk, kira-kira 1/2 jam kemudian sampailah kita di Damnoen Saduak Floating Market.
Komunitas blogger Makassar Angingmammiri telah berumur 4 (empat) tahun. Tidak terasa, jika digambarkan dengan profil seorang anak, maka 4 tahun adalah umur di mana seorang anak sudah masuk sekolah. Sudah punya teman banyak, bermain di ruang publik lebih luas dan ramai, dan sudah mengenal dan dikenal di sekolahnya, baik oleh teman sekelas maupun guru-guru di sekolahnya.
Demikian juga harapan saya untuk komunitas ini. Saya berharap komunitas Angingmammiri ini, bisa makin tetap eksis di dunia online, mengenal dan dikenal oleh berbagai kalangan, dan terus menebarkan manfaat positif bagi masyarakat sekitar.