Make It Happen with Jessie J

Kalau diperhatikan, Indonesia akhir-akhir ini banyak kedatangan penyanyi-penyanyi internasional. Dari tahun kemarin (2011), hingga tahun ini makin banyak memenuhi jadwal konser di Indonesia. Tahun lalu saya sempat nonton The Cranberries di acara Java Rockingland. Awal tahun ini dibuka dengan konser Katy Perry, dan kemarin saya menyempatkan diri untuk nonton Roxette yang juga mampir ke Indonesia dalam rangka Roxette 2012 Live World Tour-nya. Deretan berikutnya yang akan menghiasi jadwal-jadwal konser di Indonesia, yaitu Charice, Dreamtheatre, Jessie J, Earth Wind and Fire, Anthrax, Secondhand Serenade, L’arc~en~ciel, New Kids on the Block and Backstreet Boys, hingga Lady Gaga.

The Cranberries

Salah satu yang cukup menarik perhatian adalah Jessie J. Mungkin belum banyak yang pernah mendengar nama Jessie J, tetapi bila diperhatikan, dua dari lagu-lagunya cukup sering diputar di radio akhir-akhir ini. Dua lagu tersebut adalah “Price Tag” yang dirilis pada awal tahun 2011 dan langsung memasuki 10 besar dalam chart musik di beberapa negara dan nomor 11 di US, dan “Domino” yang menjadi single kedua yang masuk ke dalam top 10 di US.

Tentang Jessie J
Jessie J sudah jelas dikenal dunia sebagai musisi internasional yang berkualitas dan digandrungi para pecinta musik pop. Namun, perjalanan karirnya sampai menjadi musisi ternama seperti sekarang bukanlah sesuatu yang gampang. Jessie J mulai merintis karirnya pada umur 17 tahun, pada awalnya ia dikontrak oleh suatu label, namun tidak lama kemudian label tersebut bangkrut sebelum materi musik Jessie J sempat dirilis. Dengan cobaan yang menantang itu, Jessie J tetap bersikeras untuk mencoba lagi dalam bermusik. Ia pun memulai kembali perjalanannya untuk make it happen dengan menulis lirik-lirik lagu untuk musisi internasional seperti Chris Brown dan Miley Cyrus, termasuk hit single Miley Cyrus “Party in the USA”.

Continue reading “Make It Happen with Jessie J”

#7HariAvatarBajuAdat

Judul di atas merupakan hashtag twitter #7HariAvatarBajuAdat yang mulai merambah di timeline twitter, setidaknya 2 hari terakhir ini (terhitung dari tanggal 25 Januari 2012).

Awalnya karena saya mengganti avatar di twitter yang udah jadul dengan foto yang menggunakan baju adat asal daerah saya, Makassar. Foto tersebut dipotret oleh Armin Hari pada saat lagi foto bareng dadakan bareng teman-teman Angingmammiri yang lain :)

Foto bareng teman-teman Angingmammiri. Photo by Armin Hari

Di facebook sih saya sudah menggunakannya sebagai cover photo :D Alasannya sederhana. Saya berasal dari Makassar – Sulawesi Selatan, dan saya ingin baju adat ini diketahui oleh khalayak banyak, bahwa baju ini merupakan baju daerah dari sekian banyak baju daerah di tanah air tercinta Indonesia ini :)

Nah berhubung Blogger Nusantara 2012 nanti diadakan di Makassar, sesuai dengan pengumuman resmi hari Senin tanggal 23 Januari 2012 di acara syukuran kantor ID Blog Network, saya kemudian mengganti avatar akun twitter saya dengan pose yang memakai baju bodo (baju adat asal Bugis-Makassar), demi mempromosikan dan memperkenalkan Makassar ke teman-teman lainnya :)

Tanggal 25 Januari yang lalu, saya di-mention oleh @SupirPete2, bahwa dia ngajak teman2 lainnya untuk ganti avatar memakai baju adat Sulawesi Selatan selama 1 minggu, seperti avatar saya. Saya lalu menyambut ajakan tersebut, dengan membuat ajakan ini menjadi global, agar teman-teman dari daerah lain dapat turut berpartisipasi.

Samber-samberan dengan @SupirPete2

Saya mengusulkan untuk menggunakan hashtag #7HariAvatarBajuAdat, dan disambut baik oleh @SupirPete2 :) dan di balik hashtag ini, keinginan saya adalah.. ingin memperkenalkan bermacam-macam baju adat di seluruh nusantara melalui avatar twitter.

Proses mulainya #7hariAvatarBajuAdat

Gerakan ini murni dari saya dan @SupirPete2 secara personal, tanpa ada pengaruh dari brand tertentu, gerakan tertentu, atau sebuah modus. Gerakan spontan malahan :D Tau-tau udah jalan aja :P

Mulai dari 7 hari tanpa mengganti avatar dan bagaimana supaya gerakan ini tetap berjalan terus sebuah tantangan tersendiri bagi saya dan @SupirPete2. :) 7 hari dihitung sejak tanggal 25 Januari 2012 kemarin :)

Dan bola salju pun bergulir :) dan jujur sesuatu yang saya tidak sangka, ternyata teman-teman di timeline saya satu-satu mulai menyambut gerakan ini, dan di hari pertama itu, ketika malam makin larut, makin kencang juga samber-samberan #7HariAvatarBajuAdat.

Saya yakin, sebagian besar dari kita semua, mungkin sudah lupa bagaimana baju adat dari suku yang berbeda di Indonesia ini. Yang teringat biasanya adalah blangkon atau kebaya. Itu saja. Mengapa demikian? Sebab baju adat adalah baju yang tidak dipakai sehari-hari. Biasanya hanya muncul pada saat parade 17 Agustusan, dan saat nikahan :D

Terbukti, banyak yang akhirnya mengais-ngais foto-foto lama demi ikutan #7HariAvatarBajuAdat :D ada yang memakai saat dirinya masih kanak-kanak, ada yang memakai avatar saat masih kurus *lirik2 orang ini*, bahkan ada yang pakai foto anaknya hahaha *woi curang hahaha*

Hasilnya.. sampai hari ini, saya dapat menikmati avatar-avatar yang bernuansakan nusantara. Kenapa saya bilang nuansa nusantara, sebab dari baju adat Aceh, Minang, Kalimantan, Jawa, Madura, Bali, Sulawesi, Maluku, Papua, bahkan NTT pun, bertebaran di timeline :) *peluk-peluk semuanyah*

Masih ada 4 hari lagi menuju akhir #7HariAvatarBajuAdat. Sudahkah Anda berpartisipasi? ^__^

Sunset in Jakarta

Biasanya foto sunset itu dilengkapi dengan nuansa alam, misalnya pantai, rerumputan, alang-alang, dll dsb. Tetapi di kota Jakarta yang tanahnya hampir tidak terlihat lagi, sejauh mata memandang hanya gedung-gedung pencakar langit yang terlihat.

Di suatu sore yang melelahkan, setelah mengikuti sebuah kursus fotografi di salah satu gedung di Jakarta, tampak suasana sunset yang indah. Saya segera mengambil kamera jadul, si Nikon D40 saya, dan mengabadikan sunset dengan nuansa gedung-gedung tinggi ini.

Dan ini lah hasilnya:

sunset in jakarta

sunset in jakarta

sunset in jakarta

sunset in jakarta

sunset in jakarta

sunset in jakarta

Pesta Blogger+ Makassar 2010

Ini adalah bagian kedua dari rangkaian acara roadshow Pesta Blogger+ 2010 di Makassar, dan sepertinya adalah bagian yang paling bikin stres panitia.

Masalah venue lagi-lagi membuat pusing tujuh keliling. Mencari tempat untuk menyelenggarakan suatu acara itu sudah pasti tidak semudah menjentikkan jari. Panitia lokal dari AngingMammiri sempat berpikir untuk membuat acara di tempat yang semi-outdoor. Kediaman saya selaku Chairwoman Pesta Blogger 2010 juga sempat diusulkan sebagai venue. Selain gazebo di samping rumah menawarkan suasana semi-outdoor yang cozy, rumah ini juga bersejarah untuk anak-anak AM.

Berbagai alternatif datang silih berganti, tapi akhirnya panitia memutuskan untuk memilih Dapur Makassar sebagai venue. Restoran yang baru dibuka ini bagus dan cukup nyaman untuk mengumpulkan kerumunan orang, harganya juga masih promosi. Semua yang murah memang bikin semangat!

Karena venue sudah beres, sekarang panitia tinggal memutuskan siapa saja yang mau diundang diskusi dan makan-makan. Bila melihat tren undangan roadshow PB tahun-tahun sebelumnya, biasanya hanya sedikit komunitas yang diundang. Itu pun biasanya anggota komunitas tuan rumah (dalam hal ini AM) dan komunitas turunannya, atau komunitas di mana anggota AM juga menjadi anggotanya. Nah, untuk menghindari kesan bahwa undangannya “Loe Lagi Loe Lagi”, panitia akhirnya memutuskan untuk mengundang semua komunitas online yang ada di Makassar. Hal ini tentunya sesuai dengan misi PB+ yang tahun ini juga ingin menggandeng teman-teman yang aktif di berbagai komunitas online yang lintas platform.

Undangan disampaikan ke berbagai komunitas, mulai dari komunitas pengguna media sosial seperti Facebook, Plurk, Koprol, 4SQ; hingga komunitas gadgeters (BB, iPhone, Android) dan OS-ers (Linux, Slackware). Tentu saja, panitia tak lupa mengundang komunitas minat seperti para FiksiMiniers, rekan-rekan penggemar fotografi, serta para pekerja sosial seperti Komunitas Pencinta Anak Jalanan. Tak ketinggalan komunitas Sehati, para blogger yang sudah lama tidak beredar di kopdar-kopdar, para budayawan dan budayawati, juga para partycrasher yang numpang lewat.

Setelah mengumpulkan sekian banyak komunitas ini, enaknya panitia membuat acara apa ya?

Di Makassar, ada yang namanya tudang sipulung. Dalam bahasa Bugis, tudang sipulung berarti “duduk bersama untuk bercakap-cakap dan berdiskusi”. Lalu, karena undangan mini PB berasal dari berbagai komunitas dan kalangan, bagaimana caranya supaya terjadi sebuah diskusi yang terarah?

Inilah sumber kepeningan kawan-kawan panitia selanjutnya: menentukan tema! Tentunya tema yang tidak asal dipilih, tetapi dekat dengan hati semua yang nantinya akan hadir di situ. Obrolan panjang dan mendalam antara teman-teman panitia akhirnya mengerucut pada dua ide tema, yaitu “Coin A Chance” dan “Makassar Tidak Kasar”.

Pertimbangan untuk mengangkat Coin A Chance adalah karena kampanye yang niatnya mulia ini kemungkinan sudah didengar oleh banyak yang akan hadir di acara Tudang Sipulung, jadi mungkin akan lebih mudah untuk dijadikan bahan diskusi.

Akan tetapi, Makassar Tidak Kasar merupakan isu yang juga sangat bagus. Selain isunya sangat relevan untuk para hadirin yang notabene adalah orang Makassar, kampanye ini juga dirasa sebagai pesan baik yang harus lebih banyak disebarkan. Melalui acara Tudang Sipulung ini, PB bersama teman-teman dari Makassar dapat membantu untuk menyebarkan gaung dan pesan gerakan MTK ke platform yang lebih besar.

Kebetulan pula, Aan Mansyur, sang pencetus MTK, juga menyambut baik. Menurut Daeng Aan Mansyur, gerakan MTK ini sempat masuk ke ‘zaman kelam’ dimana ia sempat putus asa apakah ide ini dapat berbuah hasil yang manis.

Melalui pertimbangan yang matang, akhirnya panitia memutuskan akan mengangkat tema Makassar Tidak Kasar. Pesannya yang sangat mengena dan relevan untuk teman-teman di Makassar menjadi alasan utama pemilihannya.

Hasilnya? Dapat dilihat sendiri di hari-H. Diskusi berjalan sangat lancar, mengalir, dan berapi-api. Sepertinya orang Makassar sangat senang diskusi yang ramai dan berpanjang-panjang.

Sharing pun berjalan dengan sangat baik dan muncul banyak momen yang menggugah dan menggetarkan hati. Salut untuk Iqko yang sudah menjadi penghubung antara setiap titik acara, sebagai host yang profesional. Salut untuk Daeng Aan Mansyur yang sudah mencetuskan sebuah kampanye yang begitu dekat di hati orang Makassar. Tak hanya mencetuskan ide saja, Aan juga membuat poin-poin kerja yang sangat faktual dan tepat sasaran; serta selalu berusaha untuk membiasakan orang untuk memutuskan sesuatu melalui pertimbangan yang disertai fakta kuantitatif dan kualitatif yang dapat dipertanggungjawabkan. Siapa bilang blogger dan anak-anak sosial tidak bisa ilmiah?

Acara berbagi cerita antar komunitas ini penuh dengan sharing yang menarik. Cerita tentang awal mula terbentuknya Kelompok Pencinta Anak Jalanan yang berangkat dari Facebook, menjadi salah satu contoh bagaimana hal baik masih dapat muncul dari Facebook, di tengah deraan pemberitaan negatif, dan berondongan berita sensasional mengenai fan page yang memecah belah kesatuan, serta implikasi yang tidak main-main dari munculnya sebaris status update.

Atau cerita tentang terbentuknya komunitas Slackers, para pengguna Slackware, yang akan nongkrong di mana saja, mengungsi ke sana sini bagai makhluk nomaden. Di mana ada secuil lantai kosong di situ mereka berada. Di lorong-lorong kampus atau di mana saja, mereka aktif membahas ide, membuat program, dan mengekspresikan diri.

Atau, sharing LV, sang monologer terkemuka Makassar, yang bercerita tentang pengalaman hidupnya sebagai ‘pendatang’, berjuang menemukan jati diri sebagai orang Makassar yang sungguh bisa bangga dan membuat bangga, baik dirinya sendiri maupun orang yang menjadi saksi perjalanan hidupnya.

Di balik kisah sukses mini Pesta Blogger+ Makassar, ada tim dari AngingMammiri, yang sudah pontang panting ke sana ke mari untuk menyiapkan segala sesuatunya agar acara berjalan lancar.

Tim ini sangat kompak dan solid, sangat tau karakteristik teman satu timnya, dan yang paling penting, memiliki kepercayaan terhadap cara kerja rekan-rekannya. Mereka semua bagaikan deretan pelari estafet yang bisa saling mengoper tongkat tanpa harus panik, bahkan tanpa harus melihat, semua berlandaskan pada komunikasi yang sudah dibangun kuat. Tim ini, dengan antusiasmenya dan dengan kreativitasnya menuai banyak pujian, bahkan dari EO profesional sekalipun.

Tapi, bukan berarti mereka tidak bertemu kesulitan. Masalah kecil seperti urusan penempatan spanduk dan backdrop sempat membuat panik. Hal ini mungkin terdengar sepele dan mudah, tetapi di acara kemarin, panitia diingatkan kembali bahwa hal sekecil ini pun bisa berdampak besar. Salah meletakkan bisa menyebabkan spanduk dan backdrop tidak terbaca, atau hilang. Hampir saja acara ini berjalan tanpa backdrop dan spanduk.

Sempat pula ada hal lebih mendasar yang sempat mengancam gagalnya acara. Ternyata panitia sempat ‘down’ sekali karena terhalang kesibukan kantor, karena mereka sekarang sudah bukan mahasiswa lagi. Waktu yang pendek dan tenaga yang kurang, siapa yang tidak khawatir?

Ditambah lagi dengan sedihnya panitia bahwa pada awalnya, yang datang berkumpul hanya segelintir orang. Panitia sempat bingung mau dibawa ke mana acara ini.

Tetapi itulah kehebatannya, walau dengan sedikit orang, mereka bisa memilih orang yang benar-benar tepat untuk pekerjaannya. Selain itu mereka juga harus berani mengambil keputusan ‘menyimpan tenaga’, dan akhirnya ‘mengistirahatkan’ Iqko, sehingga ia tidak banyak membantu persiapan, dan lebih banyak siaga sebagai MC dan pengarah acara di hari-H.

Pengorbanan ini berbuah manis, karena Iqko pun muncul di Hari H, fresh dan mampu cuap-cuap 1 x 24 jam betulan! Bicara sebanyak itu, tanpa minum karena puasa, tanpa duduk karena harus mengitari seluruh area restoran supaya semua komunitas kebagian mic, selalu ceria walau sudah bercucuran keringat dan suara serak, selalu berkepala dingin menjadi moderator diskusi ketika panas hati sudah mulai memuncak, semuanya dilakukan tanpa masalah berarti.

Salut buat teman-teman AM! Terima kasih kepada semuanya yang sudah turun tangan di hari yang sibuk ini (kalau semua disebutkan di sini, sepertinya postingan ini tidak akan selesai-selesai haha). Terima kasih atas hari yang tak terlupakan. Sampai bertemu di pesta Blogger+ 2010 di Jakarta ya!

Blogshop Pesta Blogger+ 2010 Makassar

Dalam penyelenggaraan Blogshop Pesta Blogger+ 2010 Makassar, panitia bersama Maverick menggandeng AngingMammiri (komunitas blogger Makassar) sebagai panitia lokal. Tim dari AM yang ditunjuk menjadi seksi repot adalah Intan Baidoeri (Ketua Pelaksana Harian AM) dan Nanie (Community Liaison AM).

Rekan-rekan dari AngingMammiri agak pusing karena penyelenggaraan acara harus diurus dalam waktu kurang dari dua minggu. Waktu yang sangat sempit ini membuat Ntan dan Nanie menjadi panik.

Acara yang menyangkut banyak orang biasanya selalu menghadirkan bumbu-bumbu ketegangan, tak terkecuali Blogshop Pesta Blogger+ 2010 Makassar. Cerita memusingkan pertama adalah masalah venue. Tahun lalu, blogshop diselenggarakan di Universitas Hassanudin. Sayangnya, tahun ini Unhas tidak bisa dipakai untuk PB. Dengan semangat membara Ntan mencari alternatif venue, dan Speedy Learning Center menjadi pilihan menarik. Hore! Tapi, setelah dicek ke Pak Putu, Ntan kembali harus bercucuran air mata karena kapasitas SLC yang hanya bisa menampung 12-15 orang jelas tidak mencukupi. Di tengah kepusingannya, akhirnya teman-teman panitia dari AM mendapat angin segar. UNM ditawarkan menjadi tempat penyelenggara, dan pertemuan dengan Pak Amir yang baik hati akhirnya meredakan kepanikan mereka. ICT Center UNM memberi lampu hijau, dan blogshop bisa dilaksanakan disana!

Satu masalah sudah selesai, datang masalah lain. Untuk trainer blogshop, Fany dari dagdigdug.com sudah dipastikan datang, tetapi Mbak Fany tidak mungkin harus mengerjakan segala sesuatunya sendiri, jadi, co-trainer sangat dibutuhkan. Ntan tidak tahu siapa saja yang bersedia membantu, karena menjadi co-trainer membutuhkan komitmen khusus, dan tentunya bersedia repot. Untungnya, anak-anak AM sigap membantu. Dalam waktu singkat, sudah terkumpul tujuh nama yang siap menjadi bala bantuan di hari-H (nama-nama co trainer). Selain dapat pahala karena sudah mau membantu Ibu Ntan, bisa numpang tenar juga karena namanya masuk di daftar trainer. Lumayan kan. Hehe…

Masalah trainer akhirnya selesai pula. Tapi, anak-anak AM belum tahu siapa yang nanti akan diajar. Ternyata daftar nama-nama peserta blogshop belum masuk juga. Hahaha! Panitia lokal yang sudah diberi pesan untuk mengundang teman-teman pendidik akhirnya makin gencar bergerilya mengumpulkan siapa saja yang ingin ikut. Tidak hanya dari kalangan pendidik formal, pemilik taman baca dan rekan-rekan yang terlibat usaha pendidikan nonformal pun turut dihubungi. Pokoknya batas kuota 40 orang harus terlampaui. Susahnya mengumpulkan daftar peserta untuk blogshop sampai membuat Iqko, MC dari AM yang beken, bermimpi bahwa yang datang blogshop cuma lima orang. Untungnya itu hanya mimpi!

Sampai hari terakhir, pendaftar yang sudah menyatakan konfirmasi akan datang sebenarnya masih di bawah kuota. Ajaibnya, saat hari H, peserta berbondong-bondong datang sampai kapasitas blogshop overquota. Yang tidak kebagian komputer pun akhirnya membuka laptop dan berbagi meja dengan teman-teman lainnya. Suhu ruangan menjadi agak hangat karena tempat blogshop terisi penuh. Untungnya pendingin ruangan masih bertahan, dan bandwidth dari ICT Center UNM sanggup mengakomodasi puluhan orang yang mengakses internet secara bersamaan ini.

Ada catatan menarik menyangkut peserta blogshop kali ini. Para peserta ternyata berasal dari beragam usia, latar belakang, dan dengan kemampuan penggunaan komputer yang beragam. Ada mahasiswa jurusan komputer yang sudah jago menggunakan internet tapi belum tahu kalau blogging mau menulis apa. Menurutnya, yang sulit adalah memaksimalkan informasi apa yang didapat di internet, lalu berbagi, dan kemudian berbuat. Ada juga seorang ibu-ibu yang jarang menggunakan komputer, bahkan di rumah bacanya hanya ada mesin tik yang sudah tua. Tapi, keterbatasan tidak menghalangi, karena si ibu ternyata pantang menyerah. Berbekal telepon genggamnya, ia berubah menjadi pendekar GPRS, dan akhirnya sekarang akrab dengan Facebook.

Tingginya penetrasi internet melalui telepon genggam merupakan salah satu fenomena unik di Indonesia. Dalam blogshop ini Fany juga memberi contoh-contoh platform blog yang dapat diakses melalui telepon genggam spt dagdigdug dan wp.com.

Tapi mungkin teman-teman masih beranggapan bahwa ngeblog itu harus panjang, canggih, dan melalui proses mental yang rumit, sehingga tidak enak kalau dilakukan melalui telepon genggam. Di sinilah peran media sosial sebagai jembatan sharing teman-teman blogger, karena penggunaan media sosial dianggap lebih kasual dan lebih bebas, sehingga sharing melalui platform ini dianggap lebih nyaman. Ini mungkin adalah contoh keunggulan media sosial, dibandingkan dengan blog. Dengan kalimat-kalimat pendek, kita sudah bisa menjangkau banyak orang.

Semoga teman-teman blogger dapat melihat bahwa sharing melalui blog tidak harus dibawa sulit dan rumit. Berbagi dapat menggunakan media apa saja. Bila yang ingin disampaikan lebih cocok menggunakan bahasa yang sederhana dan nonformal, tidak ada batasan untuk menulis dan berkreasi. Blog hanya alat, tulisan kita lah yang membuatnya menjadi medium yang kaya arti.

Blogshop berjalan lancar, dan para peserta terlihat menikmati rangkaian acara. Teman-teman peserta blogshop yang sekarang sudah merintis jalannya sebagai blogger pulang dengan wajah-wajah ceria, tentunya setelah sesi foto yang rusuh. Tak lupa teman-teman dari blogshop Pesta Blogger+ 2010 merekam video salam perpisahan, sekaligus mengundang teman-teman blogger nusantara untuk hadir pada acara puncak Pesta Blogger+ 2010 tanggal 30 Oktober nanti di Jakarta.

Sementara itu, Ntan, Nanie, bersama teman-teman panitia dari AM bisa tersenyum sebentar di belakang, karena blogshop Makassar sukses besar!

Bagaimana cerita di balik layar mengenai mini PB di Dapur Makassar? Tidak hanya senyum dan tawa saja yang menghiasi acaranya. Tentunya, banyak kehebohan juga terselip disana. Ikuti cerita lanjutannya di posting berikutnya!

Batik Day

batikHari ini, tanggal 2 Oktober 2009, hampir seluruh rakyat Indonesia memakai batik! Yaaa, mungkin gak secara keseluruhan sampai di pelosok-pelosok, tapi paling nggak.. sejauh mata memandang, pakaian batik dengan berbagai macam model ada di mana-mana hehehe.. Menurut Wikpedia, UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) menunjuk batik Indonesia sebagai mahakarya warisan budaya (World Heritage) manusia, tepat pada hari ini.

Batik (atau kata Batik) berasal dari bahasa Jawa “amba” yang berarti menulis dan “nitik“. Kata batik sendiri meruju pada teknik pembuatan corak – menggunakan canting atau cap – dan pencelupan kain dengan menggunakan bahan perintang warna corak “malam” (wax) yang diaplikasikan di atas kain, sehingga menahan masuknya bahan pewarna. Dalam bahasa Inggris teknik ini dikenal dengan istilah wax-resist dyeing. Jadi kain batik adalah kain yang memiliki ragam hias atau corak yang dibuat dengan canting dan cap dengan menggunakan malam sebagai bahan perintang warna. Teknik ini hanya bisa diterapkan di atas bahan yang terbuat dari serat alami seperti katun, sutra, wol dan tidak bisa diterapkan di atas kain dengan serat buatan (polyester). Kain yang pembuatan corak dan pewarnaannya tidak menggunakan teknik ini dikenal dengan kain bercorak batik – biasanya dibuat dalam skala industri dengan teknik cetak (print) – bukan kain batik.

Ada dua jenis batik, berdasarkan dari cara pembuatannya:
* Batik tulis adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik menggunakan tangan. Pembuatan batik jenis ini memakan waktu kurang lebih 2-3 bulan.
* Batik cap adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik yang dibentuk dengan cap ( biasanya terbuat dari tembaga). Proses pembuatan batik jenis ini membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 hari.

Continue reading “Batik Day”