Jakarta oh Jakarta

Weekend kemaren gw ke Jakarta. Soalnya tanggal 6 Februari kemaren ada nikahannya mantan PSMKGI, drg. Ihsan Amaludin, di Kartika Chandra Hotel. Dan gw ketemu ama Kacud anak FKG UGM (yang gila2an datang sore dari Jogja, mo mandi modal pinjem sabun ma gw dan kamar mandi hotel hahaha), Anna dan Ani anak FKG UNPAD. Gw dateng ke resepsi bareng Mirah n her husband Tony, dan tentu saja Kidy hehehe.

Nah karena gw ke Jakarta, dan berhubung blogfammers Jakarta mo kopdaran ama mbak Astri juga, jadi gw ikutan kopdar deh bareng mereka.

Sebelumnya, gw ma Kidy ke Bentara Budaya Gramedia di Palmerah, untuk ngeborong komik.. komik.. dan komik. Hehehehe.. Yah nggak seluruhnya komik sih. Dapet juga novelnya Fira Basuki yang paling baru. Judulnya ALAMAK! dengan sampul putih dan gambar sepatu high heels. Di Bentara Budaya Gramedia itu gw serasa di surga bangett.. Bayangin aja ruangan gede banget isinya komiiiik semua! Murah-murah pula, yang baru-baru pun didiskon abis-abisan. Komik-komik lama dihargai Rp 3000,- per buku, sementara di toko buku udah Rp 9.500,- per buku! Langsung gw pake momen ini buat ngelengkapi komik-komik gw yang lompat-lompat serinya hehehe. Oh iya Gramedia ngadain ini dalam rangka ultahnya yang ke-20. Hmm senang deh, coba bikin kayak gini sering-sering…

Setelah dari Bentara Budaya Gramedia, udah jam 12 siang ternyata. Rencana kopdar ama mbak Astri ini jam 11 siang, tapi karena keasyikan jadi kelupaan hahaha. Trus gw coba nge-call Mom Rieke buat mastiin apa acaranya masih ada atau dah bubaran. Tapi ditelpon2 kali ga dijawab2, akhirnya gw bilang ke Kidy untuk langsung aja ke tujuan, yaitu Dapur Sunda Hanggar Pancoran. Dan melesatlah kita ke sana naek motornya Kidy.. ngengg ngengg..
Sesampai di parkiran, gw coba nge-call Mom Rieke lagi. Syukurlah akhirnya dijawab, trus kata dia udah pada di dalam n dia ngeliat kita di parkiran dari dalam hahahaha. Ya udah sesuai instruksi Mom kita berdua langsung masuk.

Masuk di dalam…. BYAAAARRRR!!!
Wazz up? Heboh banget euy! Gile deh, gw sumpah kagok banget waktu pertama dateng. Banyak banget orang-orang, eh, ibu-ibu dengan bayi-bayi gitu. Serasa piknik keluarga deh. Trus salamin satu-satu.. mbak Astri, Yaya, Linda, mbak Rika n suami n Naufal, Renha n suami n Ega, Andips, mbak Erfy-Arief n Izqa n Rina. Habis salam-salaman itu gw langsung ngambil tempat mojok bentar sambil lihat-lihat situasi. Kagok banget, beneran.. hehehe. Mungkin karena gw baru pada ketemu, sementara yang lain udah pada pernah ketemu atau gw emang kebiasaan kopdar ama blogfammers Makassar yang pada belum merit semua dan gila-gilaan (sampai Maknyak pun ikut gila karenanya hehehe). Trus ga lama Mom Rieke manggil2 untuk duduk di sampingnya, n kita kenalan *akhirnya* :) Ga lama setelah itu, menyusul Tyas-Romy-baby Fatih, mbak Tiwi, Puji, Dekretno n suami. Trus juga ada Luigi n istri serta anak, tapi duluan pamit.
Trus… anaknya mbak Astri, Deeja, lucu bangeeeet!!!! Jadi favorit gendong ke sana kemari. Difoto sana-sini. Tapi setiap ketemu ama Puji, pasti nangis.
Sekitar jam 2 lebih, akhirnya kita memutuskan untuk pada balik. Tapi sebelumnya foto-foto dulu dooong buat mengabadikan kopdar dengan banyak anggota ini hehehe..

Hosted by Photobucket.com
Dari kiri-kanan
Yang duduk: Tyaz, Rieke, Yaya, Astri, Erfy, Rara, Kidy
Yang berdiri: Oki Rika, Renha, Retno, Tiwi, Linda, Syl, Puji, Andips, Rina
Thanks to all! BLOGFAM emang OKE!

Chick-Lit? Apa Itu?

Hehehe, beberapa teman-teman blogger setelah membaca posting di bawah, malah ada yang bertanya-tanya mengenai “chick-lit”. Bingung, ga bisa bedain, bla bla.. Ya gw bantuin deh. So ucha, simak baik-baik ya, moga-moga bisa membantu mencerahkan :D

According to bookreporter.com, chick Lit focuses on twentysomething and thirtysomething women who are dealing with that time in life when a woman looks for the perfect guy, apartment, job or, yes, shoe. Along the way these women question everything from the way they were raised to the the quality of their lives. The characters typically are either self-deprecating or overly analytical. At its best the writing is witty, bold and slightly irreverent.

Buku-buku chick-lit biasanya menggambarkan sosok wanita yang tegar, yang hidupnya kosmopolitan banget, punya karir yang oke. Dan juga mempunyai pesan-pesan tersembunyi untuk mengatakan bahwa being single is allright, do not worry or ashamed for being single in twentysomething or thirtysomething.

Ada beberapa buku-buku chick-lit terjemahan yang gw pernah baca, di antaranya Bridget Jones Diary (dah pernah difilemkan) Fashionista, Wanderlust.
Buatan Indonesia ada Cintapuccino. Untuk mbak Icha Rahmanti gw angkat dua jempol thumright thumleft for her book!
Tentunya beberapa teman di sini pasti udah baca Cintapuccino. Iya nggak? Nah itu tipe chick-lit abis deh!
Ada beberapa lagi novel Indonesia yang gw bilang bisa digolongkan sebagai chick-lit.
Misalnya: Ms. B:”Panggil Aku Ms. B” dan Ms. B:”Will You Marry Me?” (both by. Fira Basuki), Indiana Chronicles: Blues (by. Clara Ng).
Bedanya ama novel? Nggak ada yang beda. Dua-duanya novel. Cuma chick-lit adalah salah satu dari kategori novel, misalnya ada novel horor (Stephen King, etc), novel yang bercerita tentang detektif (Agatha Christie, etc), novel roman (Mira W., Marga T., etc), dan macam-macam novel lainnya. Nah chick-lit ini menurut gw adalah salah satu dari kategori novel, dan benar-benar bacaan cewek gitu loh, sesuai dengan istilahnya “chick-lit” yang diambil dari “chick-literature”.
So..? Masih bingung? Mudah-mudah nggak ya.. ;)

Kok Putusin Gue?

Lho ada apa? Kok putusin gue? Siapa yang mutusin? Siapa yang diputusin? Gue? NGGAK DONG!!! Ahahaha…
Hehehe buku ini keren! Yang ngarang Ninit Yunita, istrinya Adhitya Mulya yang ngarang novel laris manis bak kacang goteng, yaitu Jomblo dan Gege Mengejar Cinta.
Untuk kaum cewek, buku ini keren banget. Gue pikir, bisa dikategorikan dengan chick-lit, tapi berhubung pemeran utamanya nggak berusia late-twenty or thirty-something, jadi kayaknya ga bisa dikategorikan chick-lit.
Ada comment-nya Sarah Sechan (iya, Sarah Sechan, yang pernah jadi VJ MTV Getar Cinta itu hehehe) yang bilang “…an absolute girlpower-kind-of-book…”. Gw setuju banget! Hehehe..
Pemeran utama, Amaya, adalah seorang cewek lulusan cum laude dari salah satu universitas negeri di Bandung. Jatuh cinta abis kepada Hari, cowok yang kemudian memutuskannya hanya karena selingkuh dengan Juju a.k.a Junissa Daniarti, a girl who owns everything except feeling. Nah aksi balas dendam oleh Amaya ke Hari ini yang merupakan inti cerita dari novel ini. Bayangin aja, aksinya berdasarkan guide dari buku The Art of War-nya Sun Tzu. Hehehe…
Penasaran?
You gotta read the book!!! Highly recommended!

Hal-hal Kecil Yang Mengagumkan

“Selamat yah, jadi istri yang baik loe!” sambil ngomong itu gw cipika-cipiki ke Mirah Amanda, teman gw. Dalam bulan ini juga, gw pernah posting tentang acara tunangan si Mirah di sini. Hari Minggu tanggal 23 Januari 2005 kemaren, mereka melangsungkan pernikahannya di sini. Foto acaranya sempat diposting ama Kidy via MMS-to-Blogger-nya. Mo lihat wedding ala bugis? Ke blog-nya Kidy ajah sana :p
Hmm.. tapi apakah yang gw mau cerita kali ini? Hal-hal kecil? Pasti pada penasaran, apa hubungannya coba, pernikahan teman gw dengan hal-hal kecil yang mengagumkan?

Gini..
Di pernikahan teman gw itu, Wati bawa pacar barunya, yang selama ini disembunyikan ama dia, akhirnya dikenalin juga ke kita-kita. Namun sehari setelah acara (hari Senin-nya), seperti biasa gw ama teman-teman ngumpul2 di warung mbak pangsit depan klinik. Tapi gw duluan karena harus nganter Kidy ke airport. Dan sepeninggalan gw, Wati nggosipin gw, yang kemudian direportasekan ke gw oleh Emmy.
Berikut percakapan mereka yang dimulai dengan Wati.
“Kok Kidy gitu yah?…”
“Gitu gimana?” ini Emmy yang ngomong.
“Waktu acara merit kemarin, kok Kidy duduk sendiri di belakang, sementara Rara duduk sebaris di depannya.”
“Lho, masa sih? Justru sebenarnya yang duduk duluan itu saya, trus Echie. Dan diikuti sama Helvine. Mereka berdua itu berdiri nungguin kalian yang telat datang.”
“Oh ya?” Wati keki kena skak.
(keadaan sebenarnya: karena udah pada kecapean berdiri nungguin beberapa teman yg belum datang untuk masuk bareng, akhirnya refleks duduk di kursi terdekat.)
Trus Wati lanjut lagi, “Tapi pas pulang itu, kok mau-maunya ya dia pegangin payungnya Rara?”
“Lho memang kenapa?” sergah Emmy.
“Nggak, saya heran aja. K Anto (nama pacar baru Wati itu, -Red.) lihat hal tersebut, langsung ngomong ke saya ‘kalau kamu gituin saya, kamu langsung saya tinggal’.”
“Oh payung itu, awalnya saya yang pegang, karena saya yang turunin payung itu dari mobilnya Rara. Trus saya titip di tempat penerimaan tamu. Pas pulangnya saya ambil, trus saya balikin ke Rara. Eh tau-tau Kidy yang pegang, saya nggak notice juga. Tapi saya rasa it’s ok lah. Masa Rara yang harus pegang terus?”
(keadaan sebenarnya: pas gw dikasih kembali payung tersebut oleh Emmy, gw sempat pegang-pegang beberapa menit, lalu diambil dan dipegangkan oleh Kidy.)
Ya ampun, hal-hal yang nggak penting banget gitu untuk dibahas. Hal-hal sekecil itu yang menjadi perhatian.
Dan yang membuat gw terperangah, reaksi pacar Wati yang dengan bangganya diceritakan oleh Wati sendiri, di mana pacarnya Wati itu ngomong gini ‘kalau kamu gituin saya, kamu langsung saya tinggal’.
HAH?!!
Segitu egoisnyakah pria itu, sehingga tidak ingin melakukan hal-hal kecil?! Malah ngancam untuk ninggalin wanita yang notabene dikasihinya itu. Bukannya pria dan wanita harus saling melayani satu sama lain tanpa ada ketimpangan pada satu sisi?
Gw nggak tau kalau gw yang terlalu konservatif, atau memang sudah jamannya seperti itu.
Gw hanya bisa geleng-geleng kepala waktu Emmy nyeritain tentang percakapan singkat mereka mengenai gw dan Kidy.
SO WHAT GITU LOHH!!??
Wierd..
Sesaat setelah mendengar cerita Emmy, pikiran gw melayang dan seperti memutar kembali hubungan gw dan Kidy. Berusaha mencari hal-hal kecil apa yang sering dilakukan, yang sebenarnya sempat gw notice, tetapi bukan untuk dipermasalahkan, melainkan untuk dikagumi.
Gw sering perhatikan:
Setiap kita berdua mau naik taksi, pasti dia yang dengan segera membukakan pintu taksi buat gw. Walau misalnya hanya gw yang naikpun, Kidy juga melakukan hal yang sama.
Untuk memasuki suatu ruangan atau ngantri, Kidy pasti mempersilahkan gw duluan lalu diikuti oleh dia sendiri.
Dan masih banyak yang lainnya…
Memang hal-hal tersebut hanya sekelumit perlakuan di dalam sebuah hubungan, namun hal-hal kecil seperti itu really touches me. Hal-hal kecil yang mengagumkan!
Mungkin gw konservatif, tapi sejujurnya gw kagum pada pria yang secara alamiah melakukan hal-hal kecil sebagaimana layaknya seorang gentleman. Gw sebagai seorang wanita merasa sangat dihargai dengan adanya hal-hal kecil tersebut. Dan membuat gw semakin cinta aja *waduh.. jayus mode on hehehe*.
I just love every little thing he did for me!
Salahkah gw untuk menikmati perasaan ini? Gw pikir tidak! Justru gw merasa berhak untuk memiliki perasaan kagum itu.
Dan pikir gw.. he just did what he got to do to appreciate the woman he loves, and the woman is me..
Amazing..!

Hmmm

Lagi suka liat-liat quote gitu deh. Makanya postingan kemaren itu cuma sedikit quote dari Mahatma Gandhi.
Untuk yang stara ama Mahatma Gandhi itu, gw juga suka baca-baca karyanya Kahlil Gibran. Kesannya dalem banget gitu. Tapi bukan berarti gw orang yg terlalu serius lah…

Salah satu punya Kahlil Gibran yang gw senang..
Tentang kerja yang disertai dengan cinta, bagaimana kita harus mencintai pekerjaan kita:
And what is it to work with love? It is to weave the cloth with threads drawn from your heart, even as if your beloved were to wear that cloth. It is to build a house with affection, even as if your beloved were to dwell in that house. It is to sow seeds with tenderness and reap the harvest with joy, even as if your beloved were to eat the fruit. It is to charge all things you fashion with a breath of your own spirit, And to know that all the blessed dead are standing about you and watching.
–Kahlil Gibran
Tentang persepsi cinta:
It is wrong to think that love comes from long companionship and persevering courtship. Love is the offspring of spiritual affinity and unless that affinity is created in a moment, it will not be created for years or even generations
–Kahlil Gibran
Hmmm… om Kahlil emang keren

Adu Argumen, Perlukah Kekerasan??

Di pinggir jalan, ada sepasang anak muda yang saling beradu argumen. Cewek dan cowok. Penonton terdekatnya adalah tukang becak yang berjarak kurang lebih hanya 3 m di depan mereka. Karena kami (gw, Emmy, Bati) lewat dengan mobil jadi kata-kata yang terucapkan tak terdengar. Balik ke kedua anak muda tadi, mereka saling berteriak satu sama lain, entah apa yang diteriakkannya. Terlihat banget ada kemarahan yang terpancarkan dari muka masing-masing insan tadi.
Tiba-tiba…
BUK! PLAK!
Ya Tuhan, yang cowok mukul yang cewek! First with a fist, then with a slap! Selanjutnya yang terjadi adalah cewek tersebut terperangah sambil membetulkan jilbabnya yang sempat miring karena dipukul tadi. Sementara itu yang cowok masih meneriakkan beberapa kata-kata kepada cewek itu.
Ya Tuhan, ada apa ini?
Duh, memukul? Bukankah itu sangat menyakitkan? Duh, kenapa harus ringan tangan dalam menyelesaikan persoalan?
Tahukah cowok itu, bahwa hal itu bisa dikategorikan dalam kekerasan terhadap perempuan? Kalau terjadi dalam pacaran, hal ini dapat dimasukkan dalam kategori Kekerasan Dalam Pacaran(KDP) atau Dating Violence.
Banyak yang beranggapan bahwa dalam berpacaran tidaklah mungkin terjadi kekerasan, karena pada umumnya masa berpacaran adalah masa yang penuh dengan hal-hal yang indah, di mana setiap hari diwarnai oleh manisnya tingkah laku dan kata-kata yang dilakukan dan diucapkan sang pacar. Hal tersebut dapat dipahami sebagai salah satu bentuk ketidaktahuan akibat kurangnya informasi dan data dari laporan korban mengenai kekerasan ini.
Dating Violence merupakan salah satu bentuk dari tindakan kekerasan terhadap perempuan. Sedangkan definisi kekerasan terhadap perempuan itu sendiri, menurut Deklarasi Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan tahun 1994 pasal 1, adalah “setiap tindakan berdasarkan perbedaan jenis kelamin yang berakibat atau mungkin berakibat kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual atau psikologis, termasuk ancaman tindakan tertentu, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang, baik yang terjadi di depan umum atau dalam kehidupan pribadi.”
Namun demikian, walaupun termasuk dalam kekerasan terhadap perempuan, sebenarnya kekerasan ini tidak hanya dialami oleh perempuan atau remaja putri saja, remaja putra pun ada yang mengalami kekerasan yang dilakukan oleh pacarnya. Tetapi perempuan lebih banyak menjadi korban dibandingkan laki-laki karena pada dasarnya kekerasan ini terjadi karena adanya ketimpangan kekuasaan antara laki-laki dan perempuan yang dianut oleh masyarakat luas. Ketidakadilan dalam hal gender selama ini telah terpatri dalam kehidupan sehari-hari, bahwa seorang perempuan biasa dianggap sebagai makhluk yang lemah, penurut, pasif, mengutamakan kepentingan laki-laki dan lain sebagainya, sehingga dirasa “pantas” menerima perlakuan yang tidak wajar atau semena-mena.
Yang patut diketahui adalah bahwa kekerasan, apapun bentuknya, adalah suatu hal yang akan mengakar dan akan terjadi berulang. Sikap menyesal dan pernyataan maaf yang dilakukan pelaku adalah suatu fase “reda” dari suatu siklus. Biasanya setelah fase ini, pelaku akan tampak tenang, seolah-olah telah berubah dan kembali bersikap baik. Jika pada suatu saat timbul konflik yang menyulut emosi pelaku, maka kekerasan akan terjadi lagi.
Balik ke cerita tadi. Menurut gw, that man is psycho banget!
Kalau memang beda argumen sehingga harus berdebat, mengapa harus menggunakan kekerasan?? Kekerasan tidak akan menyelesaikan masalah.
Anyone I agree with me?

Burden, Vision, and Passion

The clock is ticking. The calendar is winding down. I’m running out of time. I made myself some promises about some important things in my life that I would accomplish. It’s going to require me to buckle down, be incredibly disciplined, and live like every day and every decision matter supremely to the final outcome. If I don’t, I will not keep these important commitments that I’ve made to myself. There is no room for procrastination. There is no more margin for weak days, inefficient weeks, or plain ol’ laziness. I’m running out of time!
Unfortunately, many of us have lost our sense of urgency in our lives especially our urgency about the God’s imminent return. With that loss, our days are not filled with as much passion, expectation, intention, and hope as they should be.
In this new year, what is in your heart? Specifically, let me ask you three questions to help reveal the answer to question:
What is your burden?
What is your vision?
What is your passion?
I would describe a burden as something that is deep down inside of you. It is something you think about, worry about and are deeply concerned about. It is something God has put there.
God can also give you a vision of something He is calling you to embrace. It is something in the future. It is a possibility of something bigger than you are.
Passion, according to Webster’s New World Dictionary, is “an extreme, compelling emotion; intense emotional drive or excitement.” I would describe it for those of us who are believers as something we are really excited about doing for God.
What has God put in your heart? Has he given you a burden for a certain problem, group of people, or situation? What are you doing about it? If He put it there, shouldn’t you be responding?
New Year’s Resolutions are good. Getting out of debt, losing weight (oops!), and spending more time with your family are all good goals. By now, however, many folks have already lost interest in their resolutions. However, as you pray and listen, what burden, what vision and what passion has God put inside of you? Pay attention to that burden. See how you can walk in obedience to that vision. Enjoy the passion of knowing that you are doing what God put you here to do!
Now I ask you again, what is in your heart? What is your burden? What is your vision? What is your passion? How about a piece of share down here

New EVERY Morning

Skepticism isn’t hard to come by. Another lap around the track, another year on life’s treadmill, and skepticism grows along with the wrinkles, freckles, fallen archers, and passing years. “Can a leopard change its spots?” No, skepticism isn’t hard to come by anytime. The start of the New Year, with all its talk of reform, change, discipline, and resolutions only makes skepticism the flavor of the month in many circles where change is unwanted.’
For some reason, many of us need a special occasion to help us leverage major life changes. Maybe it’s the second half comebacks we see in sports or the late in life blooming we see in some people we admire. So here we stand again at the edge of the New Year. We’re not really sure whether to try to leverage this “new start” for some needed changes or to simply greet this time of year with a “healthy skepticism” partially because we’re not sure we want to pay the price for the changes and partially because we doubt we can sustain them. We�ve played this game before and failed, so why do it again?
While I would love to encourage you to follow through on your resolutions toward weight loss, reasonable exercise, more faithful readings, a deeper walk with God, better discipline at sticking to your priorities (or any number other good resolutions), that’s not what this article is about. We’ll have other articles and resources this week about that with good content, practical suggestions, and great study plans and devotionals. Instead, I want to remind you that in God, our paradigm for fresh starts is not the New Year, but each New Day!
We are to find another believers to encourage today as long as the Lord keeps giving us a new day. We are not to worry about the future, but instead, focus on today. We are not to get too caught up in our own plans, because each day of our lives is really in the Lord’s hands. We must live each day knowing that our ultimate salvation is nearer now than ever before.
So what’s the point?’ I hope you’re asking.
We resolve to live each new day as a fresh start given to us by God as gift. Not only do we get a fresh start each new day, we also have God’s promise to keep pouring his love into our hearts each day and to keep on giving us his Spirit each day.
While there are many very good resolutions that we can make this year, there is one commitment I want to challenge you to make: start each day as God’s gift of a fresh new start. We are called to be “today” people, God’s folks who live in the present because we know our future is secure. So let’s begin each day knowing that like God’s love and mercy, we can be new every morning!
And now.. what is your year of 2005’s resolution?? Please don’t hesitate to share yours here .

First Kiss

I’ve kissed a guy… I’ve kissed guys. I just haven’t felt that thing…. That thing… that moment when you kiss someone and everything around you becomes hazy, and the only thing in focus is you and this person. And you realize that that person is the only person you’re supposed to kiss for the rest of your life. And for one moment you get this amazing gift. And you wanna laugh and you wanna cry, ’cause you feel so lucky that you’ve found it, and so scared that it’ll go away all at the same time.”‘
–Drew Barrymore; from the movie “Never Been Kissed”<' 'A first kiss ... Not kids anymore ... Amazing! A hundred, present, slow, soft, soft breathing kisses, Lips and tongues touching ... lightly, Sweetly romantic with promises of more. Exchange of indelible nectars ne'er known, Immersed in true infinite knowing of ... Nows. Source: Lovingyou.com

(recently photo together, taken on October 19th, 2004)
And ever has it been that love knows not its own depth until the hour of separation.”
–Kahlil Gibran–