Sebelumnya saya minta maaf, blog jadi jarang terupdate hehehe.. Yah maklum, setelah menginjak lokasi PTT, ternyata sinyal yang ada hanya GSM saja. GPRS ada sih tapi kata orang Indosat masih numpang di jalur voice, jadi ya gak secepat di kota-kota besar gitu lho :P Blackberry-ku pun ngos-ngosan mencari sinyal sampai baterainya cepat panas. Yah untung lah saya memakai blackberry, jadi masih bisa terima email dan sedikit browsing kalau perlu, minimal Y!M lah hehehe.
Ok, saya lanjut cerita saya. Terakhir postingan saya tentang PTT ini, waktu hari pertama saya baru tiba di Tanjung Pinang – Bintan. Nah ini keesokan harinya, saya dan adik kelas saya, Ermyta, pergi ke Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau untuk melapor. Saya melapor untuk memberitahukan bahwa saya sudah tiba di propinsi tersebut untuk melaksanakan tugas PTT. Ternyata rombongan para dokter / dokter gigi PTT yang sama-sama bertugas di Kepulauan Riau hari itu sudah berangkat ke lokasi masing-masing. Dapat sedikit teguran hehehe :P
Setelah sedikit mendengar “ceramah†pegawai yang saya temui di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau tersebut, saya pun dikasih surat pengantar untuk melapor ke Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan. Untungnya sih, kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan ini berada kota Tanjungpinang juga. Tidak seperti kantor Dinas Kesehatan kabupaten-kabupaten lainnya dalam propinsi Kepulauan Riau ini, harus menempuh sekian jam naik kapal untuk ke kantor dinas-nya. Misalnya kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Karimun yang berada di kota Tanjung Balai, harus naik kapal ferry ke Tanjung Balai selama 4 jam.
Oh iya, sebelum meninggalkan kantor Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau, saya disuruh menandatangani NOTA KOSONG! Saya sempat terperangah, mengapa saya harus menandatangai nota kosong ini? Tapi saya malas cari masalah dan berdebat, ya sudah saya tandatangani saja. Bentuk nota kosong tersebut saya kenali, soalnya saya harus menandatangani nota yang serupa ketika saya menerima uang jalan + uang pengganti tiket pesawat dari Makassar ke Tanjung Pinang. Ketika saya cerita ke beberapa teman saya yang juga sedang PTT di Kepulauan Riau (tapi mereka mulai dari periode bulan Juli 2008, saya bulan September 2008), seharusnya saya menerima sejumlah uang lagi untuk transportasi ke kabupaten lokasi PTT saya. Wah, ada yang ga beres di sini *geleng2 kepala*
Kemudian saya pun ke kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, masih diantar oleh Ermyta. Di sana saya bertemu langsung dengan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, Bpk. Puji, kemudian diarahkan untuk berurusan dengan bagian Biro Kepegawaian Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan. Saya kemudian menerima surat tugas yang menyatakan bahwa saya ditugaskan di Kecamatan Tambelan. Sebelumnya saya sudah mendengar sedikit isu-isu bahwa Tambelan itu adalah sebuah pulau yang sangat jauh dan sangat terpencil di Kabupaten Bintan, serta merupakan daerah kecamatan yang paling jauh dari Kabupaten Bintan. Alamak!
Masih di kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, di sana saya diminta untuk menyetor fotokopi rekening giro untuk kepentingan transfer gaji dan insentif yang akan saya terima mulai bulan depannya. Juga fotokopi ijazah Dokter Gigi, surat Sumpah Dokter Gigi, dan Transkrip Nilai, serta foto 3 x 4 sebanyak 2 lembar. Ketika mengurus, saya bertemu dengan salah satu pegawai Dinas yang bernama Rama Agustian. Ternyata dia merupakan salah satu dari staf Puskesmas Tambelan yang sedang tugas belajar di Tanjung Pinang. Dia langsung ngajak ngobrol banyak ketika mengetahui bahwa saya ditugaskan di Puskesmas Tambelan.
Dia lalu bercerita banyak mengenai Tambelan, dan memberikan informasi yang sangat lengkap (menurut saya) sebagai gambaran buat saya seperti apa di Tambelan itu. Terus terang mendengar nama Pulau Tambelan pun saya baru kali ini.
Beberapa informasi tentang Pulau Tambelan yang saya ketahui dari Rama, yaitu:
– Pulau Tambelan merupakan kecamatan yang paling jauh dan terpencil di Kabupaten Bintan.
– Jumlah penduduk di Kecamatan Tambelan hanya sekitar 4.000 jiwa.
– Penduduknya hidup tidak terpisah-pisah dalam kecamatan tersebut. Maksudnya, jarak antar rumah itu berdekatan satu sama lain.
– Letak pulau Tambelan sebenarnya lebih dekat dengan Kalimantan Barat. *huah*
– Transportasi ke pulau Tambelan hanya melalui jalur laut, alias naik kapal. Kapal yang ada pun bukan kapal seperti kapal Pelni, melainkan kapal perintis. Kapal perintis itu sejatinya adalah kapal barang yang dipakai untuk mengangkut orang hehehe.. Jadi bayangkan saja lah pasti tidurnya di dek tuh hehehehe.
– Jarak tempuh dari kota Tanjung Pinang ke pulau Tambelan dengan menggunakan kapal perintis, adalah 22 – 24 jam lamanya.
– Frekuensi kapal perintis ke / dari Tambelan, sekali dalam 12 hari. Maka dalam 1 (satu) bulan hanya 2 (dua) kali.
– Ada kapal penumpang yang ke / dari Tambelan, namanya KM. Gunung Bintan. Tapi lamanya 24 – 26 jam, dan hanya 1 (satu) bulan sekali.
– Di pulau Tambelan, listrik hanya hidup pada pukul 18.00 – 06.00 pada hari Senin – Sabtu. Kecuali hari Minggu, listrik 24 jam lamanya.
– Syukurnya…. Sudah ada sinyal di sana! Ada 2 (dua) BTS operator seluler di Tambelan, yaitu Telkomsel dan Indosat.
Waw! Keren! Hehehehe..
Di akhir pertemuan saya di kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan itu, saya diinformasikan bahwa saya akan berangkat dengan kapal perintis pada tanggal 10 September 2008, sebab kapalnya baru ada tanggal segitu. Dan waktu itu tgl 4 September 2008. Berarti, saya masih punya waktu 6 (enam) hari lagi di kota Tanjung Pinang. Hehehe..