On the Phone

“An, kok kamu berubah sih?”
“Berubah gimana sih, Na? Saya masih yang dulu kok.”
“Kok kamu nggak pernah usaha mau ketemu saya sih?” suara Reena mulai meninggi. Melepaskan semua yang dipendamnya.
“Loh, ya mau gimana, nggak pas waktunya,” Aan berkilah.
“Kamu nggak kangen ya sama saya?”
“Siapa bilang nggak kangen. Saya kangen kamu, Na.”
“Kok nggak pernah mau usaha untuk ketemu saya?” geram Reena.
“…”
“Ayo jawab, An!”
“Na, jangan gini dong. Ngertiin saya.”
“Loh, An. Kamu yang nggak ngerti,” emosi Reena mulai meledak. “Kita udah hubungan jarak jauh gini, masa nggak ingin ketemu? Mumpung kita sekota sekarang, kok malah nggak bisa ketemu juga. Apa bedanya kalau seperti ini??”
“Yah terserah kamu deh, Na.” Aan malas berdebat.
“Ya sudah lah. An, saya pulang besok,” kata Reena lambat-lambat.
“Hati-hati ya. Saya sayang kamu, Na.”
“Saya sayang kamu juga, An. I miss you, but not you now. You in the last year’s person,” ucap Reena lirih.
“Bye, Na.”
-KLIK-

Catatan redaksi: asli fiksi semata

Leave a Reply