Crazy Little Thing Called Love

Saat membaca judul di atas, yang terpikir pastinya adalah salah satu lagu dari grup legendaris, Queen. Hehehe tapi di sini saya nggak ngomongin tentang lagu tersebut, melainkan sebuah film bioskop dari Thailand. Judul aslinya adalah: “Sing Lek Lek Thee Riak Wa Ruk“, dan diterjemahkan jadi “Crazy Little Thing Called Love”, atau “A Crazy Little Thing Called Love”, atau “Little Thing Called Love”, atau “First Love”. Di Blitz Megaplex, di mana film ini ditayangkan secara eksklusif, mengambil judul Crazy Little Thing Called Love.

Film yang berasal dari Thailand ini, disutradarai oleh Puttipong Pormsaka Na-Sakonnakorn dan Wasin Pokpong, dibintangi oleh Mario Maurer, Pimchanok Luevisetpaibool, Sudarat Butrprom, dll. Dirilis sejak Agustus 2010 yang lalu, dan telah diputar selama 3 minggu ini di Blitz Megaplex.

Keinginan untuk nonton film ini udah sejak 3 minggu yang lalu, waktu nonton trailernya di Blitz juga, tapi saat itu lagi nonton film yang lain. Lalu film ini terucap lagi saat makan malam bareng mas Budi Putra dan Mbak Elvi Susanti di Sushigroove. Dan voila, setelah bersahut-sahutan di ranah twitter, lanjut deh nonton film ini di Blitz Megaplex Teraskota BSD, kemarin 06 Maret 2011, jam 20.30.

Film ini bercerita tentang kehidupan anak sekolahan. Dan sesuai dengan tagline film ini, diinsiprasi dari cerita cinta kebanyakan orang. Benar saja, film ini banyak bercerita tentang kisah cinta monyet masa-masa SMU. Dan bukan saja tentang muridnya, cerita cinta tentang para gurunya pun diceritakan di sini dan menjadi side story. Yang pasti, film ini bikin kita terkenang-kenang kembali kepada cerita-cerita cinta saat sekolah dulu, kebodohan-kebodohan yang sering dilakukan demi cinta :D Do you remember your first date? Your first crush?

Jadi ada seorang siswi bernama Nam (diperankan oleh Pimchanok Luevisetpaibool), yang jatuh cinta kepada Shone (diperankan oleh Mario Maurer), seorang cowok yang sangat populer di sekolahnya. Nam di awal cerita adalah seorang siswi yang berkacamata, hitam, dan kurang menarik. Nam dan teman-teman se-gengnya melakukan apa saja untuk mendapatkan perhatian dari Shone. Dari membaca buku tentang 9 tips mendapatkan cinta, berusaha memutihkan kulit, hingga berusaha mendaftar ikutan dansa di acara sekolah.

Ada beberapa adegan lucu yang menggelitik. Adegan-adegan ini yang menurut saya sangat klasik dan hal biasa dilakukan saat sekolahan dulu, kala kita lagi suka sama seseorang :D
1. Nam minta izin keluar kelas untuk ke toilet, tapi ternyata berbelok untuk mengintip Shone di kelasnya.
2. Nam teriak-teriak sendiri karena bahagia saat menyadari bahwa ternyata Shone mengetahui namanya.
3. Nam menelpon ke rumah Shone, ingin bicara dengan Shone. Tapi ketika Shone menjawab, Nam malah menutup telepon :D
..dan beberapa adegan lain lagi yang menurut saya sangat natural. Itulah hal2 yang kebanyakan terjadi pada masa-masa cinta monyet di jaman sekolahan :D

Selain cerita antara Nam dan Shone, ada juga cerita tentang guru-guru sekolahnya. Misalnya salah satu guru wanita yang bernama Inn, naksir pada guru olahraganya, tapi punya rival guru lain yang lebih cantik dan lebih tinggi. Pada gambar sebelah ini, adalah adegan di mana bu Inn sedang bergumam sambil mengatakan “aku tidak akan menyerah”, dan bersamaan dengan itu Nam sedang menyerahkan lembar jawaban dari soal ujiannya. Bu Inn tanpa sadar mengambil lembar jawaban itu dan langsung meremas-remas kertas itu dan membuang ke luar. Nam segera menyadarkan Bu Inn, dan memberitahu bahwa itu adalah lembar jawabannya. Dan adegan setelahnya bikin saya tertawa terbahak-bahak :D lucu dah pokoknya :D

Film ini juga menunjukkan betapa kita bisa berubah dan melakukan hal-hal positif demi sebuah rasa cinta. Nam yang item, tampang nerd, berkacamata, bisa menjadi seseorang yang cantik, lebih putih, dan lebih populer. Berbagai macam kegiatan positif diikuti olehnya, termasuk menjadi Snow White dalam drama sekolah, serta menjadi Mayoret untuk grup drum band sekolahnya. Walau hal-hal tersebut diperoleh dengan cara yang tidak biasa, tapi usaha dan semangatnya agar menjadi yang terbaik, adalah suatu hal yang patut ditiru.

Ending dari film ini? Sebelumnya saya memikirkan sebuah ending yang klasik, seperti layaknya film-film roman lainnya. Tapi ternyata penonton sekali lagi diberikan kejutan. Apa itu? Tentunya harus ditonton dong, untuk mengetahui hasil akhir dari film ini hehe..

Shone sedang dihukum karena berbuat kacau di kelas
Tampang Nam setelah mengintip kelas Shone :D
Shone memberikan bunga saat Valentine's Day.
Nam dan teman-teman, bersama bu guru Inn.

Last word: Enjoy!

*gambar diambil dari sini dan sini*

Travelling to Bangkok (3)

Disclaimer: postingan ini sudah basbang, kejadiannya bulan Juli 2010, tapi lanjutannya ga jadi-jadi karena ga sempat melulu >.<

Postingan ini merupakan sambungan dari postingan sebelumnya:
Travelling to Bangkok (1)
Travelling to Bangkok (2)

Bangun telat, jam 6.45. Padahal penjemputan untuk ke Damnoen Saduak Floating Market jam 7 pagi. Langsung deh, mandi kilat, ga sarapan, ngabur ke lobby. Hehehehe.

Me and Golda on the way to Damnoen Saduak Floating Market

Damnoen Saduak Floating Market terletak 110 km dari kota Bangkok. Perjalanannya sendiri kurang lebih 1 jam, sampai di tempat semacam dermaga khusus untuk kapal-kapal yang ke floating market tersebut. Melalui kanal-kanal sungai dengan pemandangan rumah-rumah penduduk, kira-kira 1/2 jam kemudian sampailah kita di Damnoen Saduak Floating Market.

Continue reading “Travelling to Bangkok (3)”

Travelling to Bangkok (2)

Postingan ini merupakan sambungan dari postingan sebelumnya: Travelling to Bangkok (1).

Perjalanan dari Suvarnabhumi International Airport menuju Khaosan Road memakan waktu kurang lebih 45 menit. Sesaat setelah naik, supir taksi bertanya apakah mau pakai argo atau tidak mau pake argo. Kalau pakai argo mungkin bisa nawar. Tapi berhubung kami berdua tidak tahu menahu soal jarak dan harga yang pas untuk ke Khaosan Road, maka kami minta pak supir untuk menyalakan argonya saja. Dengan catatan harga di argo di luar biaya tol.

Gerbang tol pertama 25 Baht, dan gerbang tol kedua 45 Baht. Karcis tolnya cukup unik. Kalau di Indonesia karcis tol-nya serba ngirit dan komputerisasi, di Bangkok karcis tol-nya lebih besar dan manual. Bukan manual tulis tangan, tapi manual dilubangi pada gerbang tol yang dilewati. Total ongkos taksi yang harus dibayar adalah 470 Baht, tidak termasuk tarif tol tadi.

Tiba di Khaosan Road, taksi ternyata tidak bisa masuk karena pada malam hari jadi car free night :D untungnya Rikka Inn ini terletak di ujung Khaosan Road yang dekat Burger King. Jadi dari ujung jalan pun tidak terlalu jauh.

Continue reading “Travelling to Bangkok (2)”

Travelling to Bangkok (1)

Akhirnya, setelah di-pending 3 kali karena 3 bulan terakhir ini Bangkok sempat rusuh, saya berangkat juga ke Bangkok. Saya berangkat bareng Golda. Karena tiket yang saya pakai adalah tiket voucher gratisan, maka pengurusannya pun tidak melalui website Air Asia seperti biasa, tetapi melalui staf Air Asia Office Management. Namanya mbak Kristina.

Hingga hari Senin kemarin, saya sama sekali belum pegang tiket. Hanya tau kalau saya akan berangkat ke Bangkok hari itu juga, karena sudah dijadwalkan setelah penundaan terakhir. Jadi hari Senin kemarin, jam 11.00 saya sudah tiba di kantor Air Asia Office Management, Bandara Soekarno Hatta terminal 1A, lantai 2, untuk mengambil tiket dari mbak Kristina. Kemudian ke terminal 3 untuk bayar pajak tiketnya (harga tiket sih Rp 0.- hehehe), kemudian kembali ke terminal 2D untuk cek in dan siap berangkat pukul 16.20 dengan menggunakan QZ 7716.

Lembaran konfirmasi dari mbak Kristina untuk bayar pajak dan cek in

Masuk ke terminal 2D Bandara Soekarno – Hatta, ternyata Air Asia punya sistem antrian yang baru, demi mencegah lamanya antrian. Terakhir naik Airasia ke Kuala Lumpur, bulan Oktober yang lalu, sistem check-in masih manual dan pakai ngantri2 :P

Continue reading “Travelling to Bangkok (1)”

Writing Down from Bangkok

LCCTHey!
Yap! Sekarang gw udah di Bangkok. Dibawa oleh pesawat Air Asia AK 880 jam 08.25 berangkat dari LCCT (Low Cost Carrier Terminal) KLIA. Tiba di Bangkok jam 09.30 waktu Bangkok (waktu di Kuala Lumpur adalah satu jam lebih cepat daripada waktu di Bangkok), dengan perjalanan selama dua jam.
Karena pesawat akan take off jam 08.25 pagi-pagi, maka gw tuh udah harus bangun dari jam 4 subuh!! Aaaargh! Masih ngantuk :( hiks..
Jam 5 lewat gitu kami dijemput oleh taksi (kalau di Malaysia: TEKSI) yang sudah dipesan kemarin. Perjalanan dari hotel (di daerah Bukit Bintang) ke LCCT-KLIA itu selama 1 jam 7 menit, jadi memang harus lebih cepat perginya. Di taksi, gw tidur lagi hahaha :D

thailandGw tiba di Bangkok! Untuk ketiga kalinya, gw menginjak ibukota negara Thailand ini. Pertama, waktu gw ke Jepang tanggal 2001, transitnya di Bangkok, pulang dan pergi. Kedua, awal tahun ini gw ke Chiang Mai, pulangnya via Bangkok trus ke Singapore dan ke Jakarta. Ketiga? Ya ini..
Kesan? Yaaa gitu deh.. Kembali melihat tulisan-tulisan keriting yang tak dapat diidentifikasi itu :P

Gw nginap di Alliance Guest Home, jalan Pradipat Soi 13. Di mana itu? Don’t ask me hehehe, yang jelas gw tau kalau ini dekat ama Big C. Big C itu kalau di Makassar mungkin bisa disamakan seperti Panakukkang Square gitu lah. Terdiri dari 3 lantai dengan pembagian yang berbeda-beda. Paling atas itu adalah Big C-nya. Hehehe ternyata tuh Big C adalah semacam hypermart atau carrefour gitu.

So?
Capek I-|

Besok gw akan terbang lagi.. Tapi sore.
Tujuan? Ke Xiamen, naik (lagi-lagi) Air Asia hehehe..

INDONESIA!!! I miss u hiks.. :(

Sawatdii Kha? Sabaidii Rew Kha? (Hello! How Are You?)- Part 2

Image hosting by PhotobucketGw udah kembali lagi ke Chiang Mai. Foto di sebelah ini adalah gw lagi naik Tuk Tuk. Anginnya kencang banget sampai rambut gw jadi kek gitu hehehe.

Seperti yang gw ceritain pada posting sebelumnya, dari hari Sabtu sampai siang tadi gw ke Mae Sot, kota kecil di perbatasan Thailand-Myanmar. Udaranya di sana kalau malam tuh dingin banget, pagi-pagi juga. Tapi kalau siang dan sore, panasnya gila-gilaan. Dan payahnya gw lupa bawa topi, jadi deh muka gw merah kek kepiting rebus katanya hehehe.

Image hosting by PhotobucketEh sebelum gw lupa, posting sebelumnya gw janjiin untuk nampilin dua dari tiga jenis kendaraan umum di Thailand :) Nah sebelah kanan ini. Tampak agak depan itu yang namanya Tuk Tuk dan yang di belakang dan merah itu yang namanya Rot Daeng. Kalau bingung penjelasannya, baca aja posting sebelumnya dulu :)

Ok, lanjut..
Berangkat dari Chiang Mai jam 13.10 menuju Mae Sot, dengan perjalanan 6 jam. Jadi gw tiba sudah jam 7 malam gitu, nginep di Rujira Bed & Breakfast. Malam itu istirahat, besok paginya mulai deh jalan. Gw berkunjung ke beberapa sekolah-sekolah sambil bantuin jadi tenaga kesehatan buat yang membutuhkan.
Kasihan banget sekolah-sekolah di pojok Thailand. Ternyata sama juga dengan di pojok Indonesia. Sekolah yang seadanya terbuat dari anyaman bambu, yang sekali disapu angin keras langsung terbang tuh. Orang-orang yang nggak tau tentang how to brush your teeth.. Trenyuh jadinya..

Image hosting by Photobucket Image hosting by Photobucket

Setelah jam 2-an gitu gw dan beberapa teman iseng pengen ke perbatasan Thailand-Myanmar. Pengen tau kek gimana sih yang dibilang perbatasan via darat ini (norak banget ya) hihi.. Sekalian juga pengen ada cap imigrasi dari negara Myanmar di paspor. Kan jarang-jarang tuh bisa ke sana lagi :D
Image hosting by PhotobucketMendengar kata perbatasan, gw pikir kita akan jalan di hutan-hutan menuju negara tetangga Thailand ini. Tapi ternyata tidak. Pada perbatasan ini, Myanmar dan Thailand dipisahkan oleh sebuah sungai yang cukup jauh untuk direnangi (foto di sebelah itu memperlihatkan sebelah kiri adalah Thailand dan sebelah kanan adalah Myanmar). Dan sebagai fasilitas untuk melintasi sungai ini kedua negara ini dihubungkan dengan jembatan tol yang sangat panjang (it takes 5 minutes to walk fast). Di ujung kedua jembatan ada kantor imigrasi, dan kita harus menyerahkan paspor untuk distempel-stempel lagi. Yah gitu deh, urusan keimigrasian :D
Untuk masuk Myanmar, tidak dibutuhkan visa tertentu, dengan syarat kita hanya bisa satu hari hingga pukul 17.00 di dalam negara itu dan kembali ke Thailand. Lebih dari itu harus apply visa.
Setelah urusan keimigrasian, maka dimulailah long walk to Myanmar. Melintasi jembatan yang paaaanjangg dengan udara yang sangat paaanaaass.. walah walah. Tiba di ujungnya kembali lagi dengan urusan keimigrasian.

Image hosting by Photobucket Image hosting by Photobucket

Myanmar itu juga dikenal dengan Burma. Ibu kota negara ini sebelumnya terletak di Yangon sebelum dipindahkan oleh pemerintahan junta militer ke Pyinmana pada tanggal 7 November 2005. Selain tetanggaan dengan Thailand, Myanmar juga tetanggaan dengan India.
Pengaruh India pada Myanmar besar sekali. Tulisannya aja dah murip-mirip tulisan India. Orang-orangnya juga. Dan katanya, semakin ke barat, semakin mirip orang India. Gw punya foto-fotonya tapi lupa diupload ke pen drive :P

Image hosting by Photobucket Image hosting by Photobucket

Foto di atas itu, contoh wanita Myanmar. Mereka pakai semacam bedak (tapi bukan bedak) di mukanya. Itu untuk mempercantik diri katanya. Mereka meyakini kalau mereka pakai gitu mereka akan semakin cantik :D Yang di bawah adalah foto plat nomor mobil di Myanmar. Ga tau apa artinya tapi tulisannya aneh :D

Image hosting by PhotobucketOh iya ini gw ada foto dengan wanita Thailand (yang baju putih) yang jadi kepala koki di Rujira Bed & Breakfast tempat gw nginep. Coba tebak, dia cewek beneran atau cowok jadi cewek? :D

Oke segitu dulu aja.
Besok gw udah terbang balik ke Singapore untuk nemenin nyokap gw check-up kesehatan di sana. Di Mount Elizabeth Hospital, Orchard.

C u around.. Moga-moga bisa ketemu ama teman-teman blogfam yang di Singapore :)

Sawatdii Kha? Sabaidii Rew Kha? (Hello! How Are You?)- Part 1

Image hosting by PhotobucketSudah 5 hari di Chiang Mai. Sejak tanggal 15 Januari kemarin, tiba jam 1845 dengan Tiger Airways. Malamnya langsung jalan-jalan di tempat jualan macam-macam souvenir dan seni. Namanya Night Bazaar. Jualannya lumayan murah tapi harus nawar dengan tidak berperasaan. Pertama ketika dia buka harga langsung banting 50 persen. Trus naik dikit-dikit lah. Cukup 2 kali atau sekali naikin harga sekitar 10 atau 20 baht. Trus berlagak ga mau dan nyelonong pergi. Ditanggung langsung dipanggil lagi dan penjual pun nyerah hahaha :D

Trus harus nyobain Thai Massage. Enak banget! Dan nggak pake acara buka baju seperti yang disangka biasanya. Tetep pake baju, cuma ganti baju pake bajunya tempat itu biar baju kita nggak kusut. Untuk yang mijet biasanya dikasih sesuai dengan jenis kelamin si pelanggan (cewek dikasih cewek, cowok dikasih cowok) hehehe.

Image hosting by PhotobucketUntuk transportasi dalam kota ada 3 jenis kendaraan umum. Semua kendaraan umumnya tulisannya “TAXI“.
1. Tuk Tuk: kendaraan yang cuma ada di Thailand. 3 roda kayak Bajaj tapi lebih besar dan muat untuk 3 orang. Next posting gw tampilkan gambarnya deh. Tarifnya biasa 20 baht per orang. Kalau nggak bisa ngomong Thailand biasanya suka di-mark-up.
2. Rot Daeng: kendaraan kayak pick-up truck (foto nyusul ya), kendaraan yang biasa dipake oleh orang-orang lokal di thailand. tarifnya berkisar dari 15 baht sampai 30 baht per orang, tergantung seberapa jauh tujuannya.
3. Taxi-Meter: ya taksi biasa warna kuning biru, cuma pake meteran :D lebih mahal tentunya lah.

Kalau mau naik kendaraan umum di Thailand, caranya:
1. Lambaikan tangan (ga usah tinggi-tinggi) di pinggir jalan.
2. Bilang ama supirnya tujuannya mo ke mana dan nawar harga.
3. Kalau mau berhenti, tekan bel yang ada di atas (di langit-langit mobil).
4. Kalau bayar, sebaiknya bayar dengan uang pas atau uang yang jumlahnya mendekati tarif yang ada (jangan bayar 20 baht dengan 1000 baht!!)

Ini ada beberapa catatan bahasa thai yang gw tau :P
Leaw saai = belok kiri
Trong pai = terus
Leaw khwaa = belok kanan

Kalau mau nanya harga, misalnya mo nanya berapa harganya untuk ke Night Bazaar? Bilangnya pai Night Bazaar thao rai?
Dan untuk semua kalimat selalu diakhiri dengan kata khap (kalo yg ngomong cowok) atau kha (kalau yg ngomong cewek). Bisa sih nggak pake khap atau kha, tapi nggak terlalu sopan jadinya.
Jadi kalo cowok nanya: pai Night Bazaar thao rai khap?, dan kalau cewek nanya: pai Night Bazaar thao rai kha?.
Ribet ya? :D

Thing not to do in Thailand yang gw pelajari selama di sini:
1. Kalau di kantor pos jangan ngelem perangko pake ludah (sometimes ppl lick the stamps), karena di perangko ada wajahnya sang raja Thailand, dan hal ini merupakan penghinaan.
2. Uang kertasnya nggak boleh kusut atau kucel-kucel. Penghinaan terhadap sang raja Thailand juga, karena wajah beliau ada di uang kertas tersebut.
3. Tidak boleh menunjuk atau mendorong pintu dengan kaki.
4. Kalau pangku kaki, arah ujung kaki tiak boleh mengarah ke seseorang. Tabu.
5. Kalau berpapasan dengan monk (botak n pake kain kuning :P) jangan sengaja nyenggol mereka atau bersentuhan dengan mereka. Mereka akan menjadi tidak suci.
Itu aja dulu. Sebenarnya mungkin lebih banyak.
Ok sampai sini dulu deh, nanti kalau gw dapat koneksi internet lagi baru gw mo lanjutin.

Besok gw mau ke Mae Sot, 6 jam perjalanan dengan bis ekspres dari Chiang Mai. Mae Sot itu terletak di sebelah barat dekat perbatasan Thailand-Myanmar. Mungkin bisa nyelonong 1 hari ke Myanmar hehehe..
So.. c u all..